Riset ini juga mencoba mengeksplorasi karakter negara yang melakukan diskriminasi. Data menunjukkan bahwa diskriminasi lebih banyak terjadi di negara-negara non-demokratis, karena di negara demokratis, kultur mengenai persamaan warga negara dan hak asasi manusia lebih dihargai.
Diskriminasi ini juga lebih banyak terjadi di negara yang rata-rata pendidikannya lebih rendah, karena semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula eksposur terhadap keberagaman dan hak asasi manusia. Juga lebih banyak terjadi di negara-negara yang miskin secara ekonomi, karena semakin kaya negara tersebut, biasanya semakin tinggi pula tingkat pendidikan dan eksposur terhadap kosmopolitanisme dunia serta hak asasi manusia.
Di sini kita melihat bahwa sikap yang menganggap mereka yang berbeda secara iman juga adalah saudara dalam kemanusiaan, tidak hanya dijamin oleh pribadi yang meyakininya, tetapi juga lebih dijamin oleh negara yang lebih demokratis, negara yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, dan negara yang lebih kaya secara ekonomi.
Dengan demikian, jika kita mengharapkan satu masyarakat yang lebih menghargai hak asasi manusia dan perbedaan agama, maka kita perlu mendorong lebih banyak pemimpin yang mengapresiasi hal tersebut. Kita juga perlu mendorong negara kita untuk menjadi lebih demokratis, meningkatkan akses pendidikan tinggi, dan memperkaya negara kita secara ekonomi.
Itulah cara kita membaca data statistik. Di Indonesia sendiri, persekusi masih sering terjadi, bahkan setelah reformasi. Ini berita di tahun 2023 yang membuat kita terluka membacanya, kisah di Sampang. Diberitakan bahwa ratusan penganut Syiah bisa kembali ke Sampang pada tahun 2023, sebelas tahun setelah diusir dari tanah kelahirannya sendiri pada tahun 2012. Mereka dipaksa pergi hanya karena mereka meyakini ajaran Syiah.
Kini, sebelas tahun kemudian, mereka hanya boleh kembali jika meninggalkan keyakinan Syiahnya. Sebagian besar dari mereka menerima syarat itu dan kembali ke Sampang setelah meninggalkan keyakinan Syiah.
Ini adalah contoh di negara kita sendiri, betapa memilih satu keyakinan sesuai hati nurani—yang kebetulan Syiah—berisiko diusir dari tanah kelahirannya sendiri. Ini tidak hanya terjadi pada Syiah, tetapi juga terjadi pada Ahmadiyah.
Baca Juga
Teman-teman Ahmadiyah diusir dari Mataram pada tahun 2001 dan dipaksa hidup di pengungsian. Kini, pada tahun 2024, 23 tahun sudah berlalu, sebagian dari mereka masih hidup di pengungsian karena menolak pindah agama.
Bahkan, sebagian menyatakan, "Bapak Ibu sekalian, jika kalian tidak bisa menerima kami dan keyakinan kami, maka kuburlah kami hidup-hidup."
Ini juga menjadi judul buku yang dibuat oleh Saudara Anik, yang terpana ketika menyaksikan bagaimana teman-teman Ahmadiyah bertahan untuk tidak dipaksa pindah agama. Forum Esoterica dibangun dengan semangat yang berbeda, dengan semangat mewarisi spirit Saidina Ali bahwa semua warga negara Indonesia, bahkan juga di luar Indonesia, walaupun mereka bukan seiman, mereka adalah saudara dalam kemanusiaan. Oleh karena itu, di Esoterika, hampir setiap bulan kita berjumpa untuk merayakan hari-hari besar agama dan kepercayaan yang tumbuh di Indonesia.
Kita meyakini bahwa semua agama dan kepercayaan adalah warisan kultural milik kita bersama. Bagi yang meyakini satu agama itu sebagai wahyu, kita hormati. Bagi yang tidak meyakininya, agama tetap kita anggap sebagai warisan kultural yang berharga untuk kemanusiaan kita.
Oleh karena itu, kita merayakannya sebagai social gathering. Satu hari agama yang suci bagi penganut agama lain, walaupun kita tidak meyakininya, tetap kita rayakan bersama, bukan ritusnya, tapi sebagai social gathering, karena itu mengakrabkan kita sebagai warga negara.
Di forum ini, kita sudah merayakan berbagai hari besar agama, mulai dari agama Konghucu, Islam, Kristen, hingga agama Baha'i, Brahma Kumaris, Budha, dan Ahmadiyah. Sekarang kita merayakan bersama teman-teman dari Syiah, yang di bulan ini merayakan Arbain, yaitu hari besar agama yang dicatat sebagai salah satu perkumpulan manusia paling besar dalam sejarah.
Jika ada misalnya satu pantauan dari planet lain melihat ke bumi sekali dalam satu tahun, mereka akan melihat ada satu titik di Karbala di bulan-bulan sekarang ini, di mana berkumpul manusia yang luar biasa banyaknya, antara 20 hingga 25 juta setiap tahun. Ini adalah salah satu perkumpulan manusia terbesar dalam satu wilayah setiap tahun. Pesertanya, kita ucapkan selamat kepada teman-teman Syiah di sini yang merayakan Arbain.
Salam atas Imam Husain, keluarga, dan sahabatnya yang setia, yang mengorbankan segalanya demi kebenaran dan keadilan di Karbala. Semoga semangat mereka terus memberi inspirasi kepada kita untuk berani berdiri teguh melawan ketidakadilan. Bersama teman-teman sekalian, kita berikan tepuk tangan sebagai tanda penghormatan, apresiasi, dan ikut merasakan hikmah dari peristiwa Arbain ini. Kita beri tepuk tangan.