Ekonomi . 23/08/2024, 13:25 WIB
China selama ini sangat bergantung pada Batubara (55%), minyak (19%), Energi Terbarukan (15%), gas alam (9%) dan nuklir (2%). Meski di China pemanfaatan tenaga nuklir saat ini masih hanya sekitar 2%, tetapi pemanfaatannya yang masif dalam waktu dekat sedang diupayakan di negeri tirai bambu ini. Hal ini selain untuk meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, juga guna memenuhi kebutuhan energi bagi penduduk yang sangat besar (1,5 Milyar), termasuk untuk menciptakan lapangan kerja.
Semakin ragam akan bauran energinya, maka semakin tinggi tingkat ketahanan energi suatu negara, begitupula semakin tahan terhadap ancaman dan gangguan seperti bencana alam, aksi kriminal terhadap fasilitas energi, perang/teroris, fluktuasi harga minyak bumi (oil shock), eskalasi suhu geopolitik, dan sebagainya. Negara yang tidak memiliki ketahanan energi, pasti rentan terhadap gangguan yang dapat menimbulkan krisis dan atau darurat energi.
Bauran Energi Nasional dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang mengacu kepada PP No. 79 tahun 2014 sulit tercapai dan meleset dari target. Tantangan yang masih dihadapi antara lain belum terbitnya Undang-undang Energi Baru Terbarukan, kriminalisasi BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam menyediakan, tidak tersedia reward bagi masyarakat yang mengembangkan EBT, PLN masih menggunakan PLTU dan tata kelola yang masih terbelit dengan politik.
Pada pertengahan Agustus 2024, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengungkap rencana pemerintah akan menyuntik mati Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten.
Hal ini menjadi seolah menjadi kabar baik bagi masyarakat agar dapat menghirup udara segar. Namun perlu diantisipasi lebih jauh lagi, bahwa 2040 Indonesia berpotensi defisit listrik 6-10 GW. Walaupun Indonesia kaya akan ragam energi, namun banyak sumber energi yang intermiten, lokasi yang jauh dari pengguna, dan butuh teknologi yang efisien sehingga defisit tersebut belum tentu dapat tercukupi.
Oleh karena itu, selain energi terbarukan, perlu dikembangkan dan dibangunkan pembangkit energi baru seperti nuklir. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sangat murah dari segi biaya operasionalnya dan menghasilkan energi yang bersih. PLTN mampu menutupi defisit listrik di masa depan. Jika terjadi suplai yang berlebih, listrik dari Indonesia bisa diekspor ke negara tetangga dengan Asean Power Grid. Alhasil bauran energi akan lebih bervariasi, tidak tergantung kepada satu jenis energi, dan Ketahanan Energi Indonesia semakin handal.
Feiral Rizki BatubaraPraktisi Investasi dan Pemerhati Ketahanan Energi
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com