fin.co.id - Belakangan sedang ramai kereta trem tanpa rel alias Autonomous Rapid Transit (ART), yang beroperasi di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Banyak yang memberikan komentar bahwa moda transportasi ART di IKN, mirip dengan bus gandeng yang selama ini sudah banyak beroprasi di jalanan.
Merespon hal itu Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memberikan penjelasan, moda transportasi ART sangat jauh berbeda dari bus gandeng.
"Di Indonesia sendiri moda transportasi ini disebut sebagai trem otonom, karena kesesuaiannya dengan spesifikasi teknis yang terdapat pada regulasi yang berlaku," kutip fin.co.id dari akun Ditjen Perkeretaapian, Jumat 16 Agustus 2024.
Untuk perbedaan yang pertama, dimensi panjang ART memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan bus yang beroperasi di jalan raya.
Dalam PP nomor 5 tahun 2012 tentang Kendaraan disebutkan, ukuran bus gandeng maksimal 18 meter sedangkan ART di IKN memiliki panjang hingga 30 meter.
Perbedaan kedua dari segi bentuk fisiknya, Kereta tanpa rel IKN memiliki 2 sisi muka sedangkan bus hanya mempunyai 1 sisi bagian depan.
Baca Juga
Kereta tanpa rel IKN dapat berjalan maju ke kedua arah, sementara bus hanya mampu berjalan dengan satu arah ke bagian depan saja.
Perbedaan ketiga dari jalur yang dilintasinya, ART di IKN membutuhkan lintasan rel virtual berupa marka jalan dan magnet sensor sedangkan bus tanpa perlu rel tambahan.
Moda transportasi ART di IKN bisa dijalankan tanpa pengemudi ataupun masinis, sedangkan bus pengoperasiannya tidak bisa dilakukan tanpa pengemudi.
ART diklaim telah memenuhi ketentuan trem dalam UU 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, sehingga kini sedang menjalani uji coba operasional.
Disebutkan bahwa trem merupakan moda transportasi kereta yang berjalan di atas jalan rel yang letaknya sebidang dengan jalan, didukung magnet sensor sebagai rel virtual.