fin.co.id – Bursa saham Indonesia diperkirakan akan mengalami penguatan signifikan pekan ini seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Prediksi ini didorong oleh prospek penurunan suku bunga antara 25 hingga 50 basis poin pada pertemuan The Fed di bulan September, serta kemungkinan pemotongan total hingga 135 basis poin hingga akhir tahun 2024.
Hans Kwee, praktisi pasar modal dan dosen Magister Ekonomi Universitas Atma Jaya dan Universitas Trisakti, mengungkapkan bahwa bursa Wall Street mulai pulih dari kekhawatiran resesi yang disebabkan oleh data dan pasar tenaga kerja yang lemah di Amerika Serikat.
“Penurunan klaim pengangguran di AS telah mempertegas pasar saham, memberikan harapan untuk pemulihan,” jelas Hans dalam keterangan tertulisnya, Senin 12 Agustus 2024.
Baca Juga
- IATPI dan Politeknik PU Tandatangani Perjanjian Kerjasama untuk Pengembangan SDM dan Kelembagaan
- Awal 2025, Pekerja Masih Dihantui Gelombang PHK
Namun, penguatan yen Jepang menjadi salah satu faktor yang menekan harga saham global. Fluktuasi harga minyak juga tetap menjadi perhatian utama, terpengaruh oleh kekhawatiran permintaan yang lemah serta potensi pemotongan suku bunga dan konflik di Timur Tengah.
Prediksi mengenai langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga di September, bersama dengan kemungkinan pemotongan lebih lanjut, memberikan sentimen positif bagi pasar saham global.
“Kenaikan inflasi di China juga memberikan sinyal positif, menunjukkan potensi pemulihan ekonomi di kawasan tersebut,” kata Hans.
Untuk pasar saham domestik, pelaku pasar diperkirakan akan lebih banyak melakukan transaksi jangka pendek dan fokus pada saham-saham dengan fundamental yang kuat.
Dampak dari suku bunga tinggi mulai terasa, dengan bank-bank meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mereka sebagai respons terhadap tekanan ekonomi.
Baca Juga
- Buka Akses Keuangan ke Masyarakat, Direktur Utama BRI Sunarso Mendapatkan Penghargaan “Impact on Financial Industry Leadership”
- BRI Apresiasi Keberhasilan Pegadaian Mendapat Izin Usaha Bullion, Optimistis Holding Ultra Mikro Dapat Mengakselerasi Inklusi Keuangan
Data inflasi AS, termasuk indeks harga produsen (IHP) dan indeks harga konsumen (IHK), akan menjadi fokus utama minggu ini. “IHSG berpotensi untuk menguat dengan level support di 7.150-7.000 dan resistance di kisaran 7.337-7.450,” ungkap Hans.
Dalam seminggu terakhir, IHSG mencatat penurunan dari 7.325 menjadi 7.256, atau turun sebesar 0,9%. Meskipun demikian, sentimen positif terkait kebijakan moneter AS dan data inflasi yang cenderung stabil diperkirakan akan mendukung konsolidasi dan penguatan IHSG pekan ini. (*)