fin.co.id — Penggabungan platform e-commerce TikTok dan Tokopedia, yang sempat mendapat sorotan sebagai langkah strategis, ternyata tidak membawa keuntungan bagi UMKM Indonesia.
Kementerian Koperasi dan UKM menilai merger ini malah memperburuk kondisi bagi pelaku usaha kecil dan menengah di Tanah Air.
Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada, mengungkapkan bahwa akuisisi Tokopedia oleh TikTok, yang kini menguasai 75,01 persen saham Tokopedia, hanya menguntungkan para pemegang saham besar.
"Merger ini tidak memberikan keuntungan nyata bagi negara atau UMKM," tegas Wientor pada Selasa 6 Agustus 2024. Ia mengkritik bahwa meskipun ada program Beli Lokal, produk yang ditawarkan tidak sepenuhnya lokal.
Baca Juga
- PLN Beberkan Ambisi Menuju Net Zero Emissions 2060
- Tol Jogja-Solo Segmen Kartasura-Klaten Siap Beroperasi: Keamanan Terjamin!
Merger ini juga berdampak negatif pada tenaga kerja lokal dengan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 450 karyawan Tokopedia.
Fiki Satari, Staf Khusus Menteri bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM, menambahkan bahwa sebelum akuisisi, Tokopedia dikenal sebagai platform yang aktif mempromosikan produk lokal.
Namun, setelah merger, fokusnya beralih pada penjualan produk impor dengan harga yang sering kali dipotong secara agresif (predatory pricing).
Selain itu, meskipun Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 mewajibkan pencantuman nomor impor pada produk impor, pelanggaran terhadap aturan ini masih sering terjadi.
Fiki menyoroti perlunya pembentukan komite khusus untuk menindak platform yang melanggar peraturan tersebut.
Baca Juga
- Rumah BUMN SIG Dukung UMKM Populerkan Sirop Buah Kawista Khas Rembang
- Pendeteksi Gempa Berfungsi Baik, KCIC: Getaran Terdeteksi hingga Karawang
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat bahwa hingga Desember 2023, sekitar 25 juta pelaku UMKM terdaftar di platform e-commerce.
Namun, Data Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menyebutkan bahwa 74 persen barang yang dijual di e-commerce adalah produk impor, dengan sebagian besar pelaku UMKM berperan sebagai reseller produk-produk tersebut.
Kritik terhadap merger ini menyoroti kekhawatiran akan dampak negatif bagi UMKM dan ekonomi lokal, dengan dominasi produk impor yang semakin mengancam daya saing produk-produk lokal di pasar e-commerce. (*)
Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq