fin.co.id- Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina akhirnya tumbang setelah 20 tahun memimpin negara itu. Sheikh Hasina menghadapi gejolak aksi demonstari dari mahasiswa dan rakyatnya dalam sebulan terakhir.
Demonstrasi yang semula menolak kebijakan kuota penerimaan pegawai pemerintah atau PNS itu, berujung pada kudeta Sheikh Hasina.
Sheikh Hasina (76) mengundurkan diri pada Senin 5 Agustus kemarin. Dia melarikan diri dengan helikopter militer bersama saudara perempuannya. Ia telah mendarat di New Delhi, menurut laporan media India.
Aksi demontrasi yang berlangsung hampir sebulan itu, dilaporkan telah memakan korban jiwa sebanyak 300 tewas sejak pertengahan Juli 2024.
Puncaknya puluhan ribu mahasiswa dan rakyat mengepung kantor pemerintahan pada Senin kemarin. Sheikh Hasina akhirnya melarikan diri ke New Delhi.
Dalam pidatonya kepada rakyat, kepala militer Bangladesh Jenderal Waker-Uz-Zaman mengumumkan bahwa pihaknya telah mengambil alih pemerintah dengan penduduk 170 juta orang tersebut.
Para mahasiswa yang frustrasi dengan sistem kuota untuk penerimaan PNS secara tak terduga berkembang menjadi pemberontakan besar menggulingkan PM Hasina dan partai Liga Awami yang berkuasa.
Baca Juga
Hasina pertama kali menjadi perdana menteri pada tahun 1996, dan kemudian kembali terpilih pada tahun 2008 untuk memenangkan jabatan yang dipegangnya hingga hari 2024.
Analis politik, Avinash Paliwal yang juga mantan dosen universitas urusan strategis Asia Selatan mengatakan, dorongan hasrat berkuasa oleh Hasina didorong oleh tragedi tanggal 15 Agustus 1975. Di mana ayahnya dan pemimpin pertama Bangladesh yang merdeka, Sheikh Mujib Rahman, dibunuh dalam kudeta militer.
Malam yang menentukan itu, saat Hasina yang berusia 28 tahun berada di Jerman bersama adik perempuannya, sekelompok perwira militer menyerbu rumah keluarga itu di Dhaka dan membunuh kedua orang tuanya, tiga saudara kandung lainnya, dan staf rumah tangga — semuanya berjumlah 18 orang.
Setelah pembunuhan itu, Hasina tinggal selama bertahun-tahun di pengasingan di India, kemudian kembali ke Bangladesh dan mengambil alih Liga Awami. Namun penguasa militer negara itu menahannya di dalam dan luar tahanan rumah sepanjang tahun 1980-an hingga, setelah pemilihan umum tahun 1996, ia menjadi perdana menteri untuk pertama kalinya.
Sebagian orang mengatakan tindakan brutal itu mendorongnya untuk mengonsolidasikan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itulah yang juga memotivasinya sepanjang karier politiknya, kata para analis. (*)
Sumber: Ap/Aljazeera