Ekonomi

Harap-harap Cemas Menanti Pernyataan The Fed, Rupiah Tumbang Sore ini

fin.co.id - 02/07/2024, 17:48 WIB

Ilustrasi Uang Rupiah

fin.co.id - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika, Selasa, 2 Juli 2024, menyusul para pelaku pasar yang hara[-harap cemas dan berhati-hati dalam mengambil keputusan, menjelang pidato Chairman Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell nanti malam dan notulensi FOMC yang dirilis pekan ini.

Mengutip data Bloomberg , Selasa 2 Juli 2024 pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 75 poin atau 0,46 persen ke level Rp16.396 per dolar AS, dibandingkan akhir perdagangan Senin 1 Juli kemarin yang berada di angka Rp16.321.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan Indeks Dolar menguat hari ini. "Indeks DXY stabil terhadap mata uang lainnya, setelah pulih dari penurunan baru-baru ini pada sesi Senin, dengan lebih banyak isyarat mengenai suku bunga the Fed dan data makro Amerika Serikat yang akan dirilis minggu ini," kata dia.

"Powell akan berbicara di konferensi Bank Sentral Eropa nanti malam, sedangkan risalah pertemuan the Fed periode Juni akan dirilis Rabu."

Baca Juga

Data non-farm payrolls Amerika untuk Juni akan diumumkan Jumat, dan diperkirakan memberikan lebih banyak wawasan mengenai pasar tenaga kerja. "Data ini juga merupakan pertimbangan utama bagi the Fed dalam memangkas suku bunga," ujar Ibrahim.

Dolar mengalami tekanan minggu lalu karena trader menaikkan spekulasi pada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September.

Namun sejumlah pejabat the Fed menyatakan bank sentral memerlukan lebih banyak kepercayaan diri dalam mengendalikan inflasi sebelum memangkas suku bunga.

Di dalam negeri, Purchaing Manager's Index (PMI) manufaktur turun ke level 50,7 pada Juni, lebih rendah dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Laporan tersebut menjadi sentimen negatif yang ikut membebani kurs rupiah hari ini.

"Meski mengalami perlambatan ekspansi, industri manufaktur nasional masih menunjukkan kondisi ekspansif yang mampu dipertahankan selama 34 bulan berturut-turut hingga Juni," kata Ibrahim.

Baca Juga

Pemerintah mengapresiasi upaya pelaku industri yang terus mempertahankan optimisme dan produktivitas

di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Namun Ibrahim menilai sektor industri saat ini sudah masuk ke kondisi alarming. "Optimisme pelaku industri terhadap perkembangan bisnis mendatang menurun," ucap Ibrahim. (*)

Sigit Nugroho
Penulis
-->