Pak Tanri, dengan demikian, adalah 'Bapak BUMN'. Jabatan menteri BUMN tetap di tangannya saat presiden berganti ke Prof BJ Habibie. Lalu pindah ke Laksamana Sukardi di zaman Gus Dur. Hanya sekedipan mata. Pak Laks diganti oleh orang NU --saya lupa namanya.
Di zaman Bu Megawati jadi presiden, Pak Laks kembali diangkat menjadi menteri BUMN.
Setelah tidak jadi menteri Pak Tanri tetap laris: diminta jadi CEO Grup Bakrie. Lalu jadi Komut Pertamina. Jadi CEO di kelompok usaha OSO. Bahkan saat meninggal pun masih menjadi komisaris di salah satu BUMN.
'Dendam'-nya untuk terjun ke dunia pendidikan dituntaskan di tahun 2011. Saat usianya 70 tahun. Pak Tanri menjual sahamnya di hotel Aryaduta Makassar. Hasilnya: untuk membangun Tanri Abeng University di Jakarta. Ia yang jadi rektornya, sampai meninggal dunia.
Pak Tanri memang bertekad harus ia yang langsung memimpin universitas itu. Misinya: agar lulusannya bisa menjadi manajer yang hebat. Atau jadi pengusaha. Atau menjadi seorang pemimpin.
Di universitas itulah Pak Tanri kehilangan isterinya: Farida Nasution. Farida meninggal di tahun 2016 dengan dua anak: Emil Abeng dan Edwin Abeng. Dari mereka lahir 4 cucu.
Di universitas itu pula Pak Tanri menemukan pengganti Farida. Dia seorang dosen komunikasi: Kartika Harijono. Dipanggil Chika. Janda satu anak. Pak Tanri dan Chika menikah tanggal 4 bulan 5 tahun 2019.
Baca Juga
Saya tidak bisa melayat kemarin. Saya minta tolong Mas Irwan Setiawan untuk mengucapkan duka. Mas Irwan adalah pimpinan Jawa Pos di Jakarta pada masanya. Kini ia menjadi dosen komunikasi di Tanri Abeng University.
Tentu pada dasarnya Pak Tanri tidak memerlukan gelar apa pun selain MBA. Tapi pada akhirnya beliau kuliah S-3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sampai bergelar doktor. Itu semata-mata karena peraturan: untuk bisa jadi rektor harus bergelar doktor.
Pak Tanri adalah contoh "sekali hidup banyak berbuat". Juga "banyak membuat sejarah".(Dahlan Iskan)
Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 23 Juni 2024: Anies Ahok
djokoLodang
-o-- KAMERA OTOMATIS Koh-Jo sedang santai mengemudi ketika melihat ada kilatan kamera lalu lintas yang memotretnya menjelang perempatan lampu merah. Dikiranya fotonya diambil karena ngebut. Padahal dia yakin nyetir pelan-pelan saja. Karena punya banyak waktu, Koh-Jo iseng mengitari blok itu dan kemudian melewati tempat yang sama, seraya mengemudi lebih lambat lagi. Tapi sekali lagi kameranya berkedip. Merasa bahwa adegan itu lucu, dia melakukannya sekali lagi. Mengitari blok, lewat di depan kamera itu lagi dengan kecepatan yang lebih lambat lagi, sambil tertawa menyeringai menghadap kamera, dan melambaikan tangannya. "Kamera otomatis itu baru dipasang. Pasti belum sempurna", pikirnya. Dua minggu kemudian, Koh-Jo menerima tiga Surat-Tilang-Otomatis yang dikirim via pos. Berikut lampiran foto sebagai bukti. Dia baru sadar, bahwa saat itu dia mengenudi tanpa memasang sabuk pengaman. -jL--
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Djoko Lodang.. KONTEMPLASI, RENUNGKANLAH, PIKIRKANLAH.. 1). Apakah sekarang Anies Ahok mau bersatu..? Iya. Tapi tekanannya di kata "berubah". Anies berubah. Ahok berubah. Keduanya udah berubah.. Pasangan AA, membawa thema: Perubahan..!! 2). Apakah itu berarti menghalalkan segala cara, yang penting berkuasa..? Tidak. Yang belum halal, dihalalkan dulu. Caranya..? Berubah..!! 3). Bagaimana dengan potensi "perceraian" di tengah jalan..? Jawaban: Potensi itu harus, dan sudah diminalkan oleh "waktu". Ahok banyak berubah, sebagai buah kontemplasi saat di penjara. Anies juga berubah, setelah gagal tinggal di istana. Keduanya sudah berubah..!! ### Karena itu, pilihlah AA. Demi perubahan Indonesia, melalui perubahan di Jakarta..