fin.co.id- Mantan Sekretaris BUMN, Muhammad Said Didu menyindir Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asya'ari yang menjadi khatib salat Idul Adha pada Senin 17 Juni 2024 kemarin di Simpang Lima, Semarang.
Hadir pula Presiden Jokowi dan Ibu Iriana pada kesempatan itu. Dalam khutbahnya, Hasyim Asy'ari membahas soal sifat kebinatangan.
Said Didu kemudian menyindir Hasyim Asyari yang menilai , Hasyim Asy'ari tidak layak menjadi khatib.
"Sebaiknya Ketua KPU jauh lebih baik menasehati dirinya sendiri lebih dulu dari pada jadi khatib" tulis Said Didu di Twitter-nya, Selasa 18 Juni 2024.
Baca Juga
- Kembali Viral! Mamah Dedeh Semprot Jemaah yang Pamer Gelar Haji
- Viral! Bocah Nekat Nyebrang Jalan Tol Berulang Kali Demi Uang 5 Ribu Rupiah
"Publik sudah tahu kualitas moral khatibnya, artinya jamaah yang datang jauh-jauh untuk mendengar khutbahnya - kualitas moralnya seperti apa?" sindir Said Didu.
Said Didu kemudian bertanya terkait tema khutbah yang dibawakan Hasyim Asy'ari di hadapan Presiden Jokowi.
"Apakah Khatib Idul Qurban oleh Ketua KPU di hadapan Bapak Presiden di Semarang sebagai bukti tingkat penghormatan terhadap moralitas bangsa Indonesia saat ini?" tulisnya.
Lebih lanjut, Said Didu menyebut dua sifat kebinatangan yang yang menonjol. Yakni seks bebas dan menjilat tuannya.
"Ada 2 sikap kebinatangan yang menonjol: 1) kawin bebas. 2) menjilat dan membela yg memberi makan. Sifat siapa yang seperti ini?" tulisnya.
Baca Juga
- Lagi Asyik Nyawer, Pria di Madura Meninggal Dunia di Atas Panggung
- Kasus Bocil vs Driver Maxim Serobot Jalur Sepeda: Kronologi dari Jotos-jotosan Hingga Berujung Damai di Kantor Polisi
Sebelumnya, Ketua KPU Hasyim Asy'ari menjadi khatib di lokasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi melaksanakan salat Iduladha di kawasan Simpang Lima, Semarang.
Dalam video yang disiarkan Sekretariat Presiden, Hasyim menyampaikan ceramah mengenai ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam mematuhi perintah Allah SWT untuk berkurban.
"Kita dapat membayangkan bagaimana kalau kita sendiri yang hanya mempunyai putra satu-satunya dan anak satu-satunya rela menyembelihnya demi untuk menjalankan perintah Allah. Dan Nabi Ismail telah melaksanakan perintah itu dengan penuh ketaatan, penuh kerelaan, dan ketenangan," kata Hasyim.
Pada kesempatan yang sama, Hasyim juga menyampaikan dua makna berkurban dalam pandangan Islam.
"Yang pertama, sifat-sifat kebinatangan dalam jiwa manusia harus dikurbankan dan disembelih. Dan yang kedua, jiwa seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa. Sangat banyak sifat kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia," tutur Hasyim. (*)