Ekonomi Dunia Menanti Keputusan The Fed: Antara Penurunan Suku Bunga dan Kekhawatiran Resesi

fin.co.id - 13/06/2024, 07:40 WIB

Ekonomi Dunia Menanti Keputusan The Fed: Antara Penurunan Suku Bunga dan Kekhawatiran Resesi

Ilustrasi grafik perekonomian dunia (pexels-tima-miroshnichenko)

Oleh: Redaktur Ekonomi FIN

Perekonomian global tengah diliputi ekspektasi yang beragam jelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Bank Sentral Amerika (The Fed) pada 11-12 Juni 2024. Di satu sisi, pasar menanti kemungkinan penurunan suku bunga acuan untuk meredakan tekanan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap potensi resesi masih menghantui, memicu spekulasi dan volatilitas di pasar keuangan.

Penurunan Suku Bunga: Harapan dan Tantangan

Pelaku pasar berspekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya untuk kedua kalinya di tahun 2024. Penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis, sehingga memicu pertumbuhan ekonomi.

Namun, langkah ini juga diiringi kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga yang terlalu agresif dapat memicu inflasi yang lebih tinggi. Hal ini memaksa The Fed untuk berhati-hati dalam menyeimbangkan upaya mendorong pertumbuhan dengan menjaga stabilitas harga.

Ancaman Resesi Membayangi

Di tengah ekspektasi penurunan suku bunga, kekhawatiran terhadap resesi global masih menghantui. Perang di Ukraina, disrupsi rantai pasokan akibat pandemi COVID-19, dan lonjakan harga energi menjadi faktor utama yang memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Beberapa indikator ekonomi, seperti manufaktur dan indeks sentimen konsumen, menunjukkan pelemahan di beberapa negara. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa ekonomi global mungkin menuju resesi, meskipun beberapa ekonom masih optimis bahwa resesi dapat dihindari.

Dampak Bagi Indonesia

Ekonomi Indonesia, sebagai negara berkembang, tidak luput dari dampak gejolak ekonomi global. Penurunan suku bunga The Fed dapat berdampak positif pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, namun di sisi lain dapat memicu inflasi impor.

Pemerintah Indonesia perlu mencermati situasi ekonomi global dengan seksama dan mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Diversifikasi pasar ekspor, hilirisasi industri, dan peningkatan produktivitas menjadi kunci untuk meningkatkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Kesimpulan

Perekonomian global saat ini berada di persimpangan jalan, di mana ekspektasi penurunan suku bunga The Fed diiringi kekhawatiran terhadap resesi. Indonesia perlu bersiap diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. (*)

Sigit Nugroho
Penulis