fin.co.id - Kurs rupiah diprediksi melemah terhadap dolar di awal pekan, Senin 10 Juni 2024. Hal itu dipicu data Non Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat bulan Mei 2024 menunjukkan hasil yang lebih kuat dari ekspektasi pasar.
Mengutip data Bloomberg pada Senin (10/6) pukul 09.17 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.288 per dolar AS, melemah 93 poin atau 0,57% dibandingkan akhir perdagangan Jumat sore (7/6) di level Rp16.195 per dolar AS.
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah berpotensi melemah hari ini setelah data tenaga kerja AS versi pemerintah bulan Mei yaitu data Non Farm Payrolls dan data upah rata-rata per jam menunjukkan hasil yang lebih bagus dari proyeksi pasar.
"Kondisi ketenagakerjaan yang membaik bisa mendorong kenaikan inflasi lagi sehingga ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS menurun dan mendorong penguatan dolar AS lagi," kata Ariston dalam keterangannya, pagi ini.
Mengutip CNBC Indonesia, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan NFP yang diumumkan pada Jumat (7/6) 7 meningkat hingga 272.000 pada Mei. Angka ini jauh di atas ekspektasi pelaku pasar yakni 185.000.
Sebagai catatan, non-farm payrolls merupakan laporan penggajian sektor tenaga kerja di AS di luar pertanian. Sekitar 80% tenaga kerja AS yang tercatat bekerja di bidang manufaktur, konstruksi, dan barang.
Lonjakan non-farm payrolls membuat pasar semakin pesimis akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) mengecil.
Indeks dolar AS pagi ini bergerak di kisaran 105,11, sebelumnya di Jumat pekan lalu, indeks bergerak di kisaran 104.
Baca Juga
"Potensi pelemahan ke arah Rp16.250 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp16.150 per dolar AS hari ini," pungkas Ariston. (*)