FIN.CO.ID - Sejumlah pedagang kaki lima di car free day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) Sudirman-Thamrin, menceritakan curahan hatinya karena pendapatannya yang terjun bebas setelah dipindah dari Kebon Kacang ke Jalan Pamekasan. Bagaimana tidak, mereka awalnya mendapatkan penghasilan per hari sebesar Rp7-8 juta kini hanya mendapat Rp500.000 belum lagi harus membayar lapak sebesar Rp50.000.
Adel, salah seorang pedagang pakaian yang mengeluhkan pendapatannya mengalami penurunan drastis. Dia mengatakan, penurunan pendapatan ini dirasakannya semenjak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengalokasikannya dari Kebon Kacang ke Jalan Pamekasan pada Januari 2024. Hingga saat ini, kata dia, masyarakat belum banyak yang melirik lapaknya. Padahal, kata dia, sewaktu dirinya menjajakan dagangannya di Kebon Kacang puluhan pakaian sangat mudah terjual.
"Kalau di Kebon Kacang bisa laku 70 potong, padahal satunya Rp100.000, kenceng. Belum yang lainnya. Gedelah. Bisa Rp7 juta sampai Rp8 juta dapat sehari," kata Adel saat ditemui di lapak dagangannya, Minggu 2 Juni 2024.
Sekitar 70 potong baju terjual hanya dengan waktu yang tidak terlalu lama. Sedangkan di Jalan Pamekasan ini, kata dia, buka dari pagi sampai siang hanya terjual satu baju. Belum lagi, sambungnya, dirinya harus membayar lapak kepada pemegang wilayah itu sebesar Rp50.000 saat ada CFD.
"Ada habis Rp50.000 per hari. Tahunan Rp500.000. Pusing kalau dihitung, enggak makan," kata Adel sambil merapikan sejumlah pakaian yang akan di lapaknya.
Meski demikian, Adel tak mau ambil pusing mengenai pungutan liar (pungli) tersebut. Baginya, kata dia, dirinya bisa berjualan untuk menghidupan keluarganya. "Tapi ya kita cuma bisa jalanin," ujarnya.
Adel membandingkan, saat masih berjualan di Kebon Kacang mampu menjual 70 potong pakaian saat kegiatan CFD. Namun usai pindah ke Jalan Pamekasan sejak awal tahun 2024, untuk menjual 10 potong pakaian saja terasa sulit.
Baca Juga
"Dulu di sana (Kebon Kacang) itu jam 6 sampai jam 7 udah bisa kejual banyak. Di sini (Jalan Pamekasan) jam 9 baru laris satu. Kalau di Kebon Kacang bisa laku 70 potong, padahal satunya Rp100.000," kata Adel.
Adel mengatakan, padahal banyak warga yang berseliweran di Jalan Pamekasan saat berolahraga CFD tak berbeda dengan Kebon Kacang. Meski demikian, dia mengaku aneh karena pembelinya sepi.
"Di sini banyak orang lewat tapi yang beli jarang. Enggak tahu deh kenapa," ucap Adel.
Adel berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memindahkan kembali PKL dari Jalan Pamekasan ke Kebon Kacang agar omzetnya normal. "Ya kalau bisa mah pindah ke sana lagi," harapnya.
Senada dengan Ade, Anita pedagang pakaian lainnya juga berharap Pemprov DKI Jakarta memindahkan kembali para pedagang ke kawasan Kebon Kacang. Dengan demikian, kata dia, perekonomian keluarganya bisa kembali normal.
"Maunya sih dipindah lagi ke sana, biar penghasilannya kembali normal," ujar Anita.
Meski demikian, dia mengaku bersyukur bisa berjualan. Walaupun sehari tak lebih dari Rp500.000. "Di sini Rp500.000 sehari aja susah," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Pemprov DKI Jakarta melarang pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin saat kegiatan CFD. Pengalihan lokasi penjualan di CFD sudah dilakukan sejak Januari 2024. Maka itu, kawasan PKL sudah tidak boleh berdagang di kawasan Kebon Kacang saat CFD diberlakukan.