Itulah mengapa, kemenangan dalam olahraga ini, membawa kebanggaan dan kesenangan bagi banyak orang. Dan inilah yang terjadi di seluruh masyarakat Indonesia saat ini.
Hiruk pikuk sidang sengketa Pilpres yang baru saja usai, dilupakan, dan khalayak merayakan keberhasilan Timnas secara bersama-sama sebagai satu bangsa.
"Prestasi besar dalam sepakbola mampu mengalihkan perhatian masyarakat dari isu politik yang sedang memanas sekalipun. Kegembiraan dan semangat positif yang terjadi selama perayaan kemenangan Timnas ini, dapat meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis masyarakat secara keseluruhan," katanya.
"Coach" STY telah mengharumkan nama bangsa kita," sambungnya.
Dalam sejarah sepakbola, gelar warga negara kehormatan pernah diterima Guus Hiddink dari Pemerintah Korea Selatan, atas prestasinya yang membawa Timnas Korsel menjadi juara tiga Piala Dunia tahun 2002.
Tentu saja, apresiasi kepada "Coach" STY sambung Lalu Athari, tak hanya harus datang dari negara semata. Bisa juga datang dari berbagai kalangan. Dia misalnya mendorong pemerintah daerah memberikan apresiasi.
Apresiasi tersebut misalnya dengan mengabadikan nama STY sebagai nama stadion.
"Apresiasi juga layak diberikan kalangan dunia usaha. Semisal Guus Hiddink, atas prestasinya, dia mendapat tiket gratis dari maskapai penerbangan sepanjang usianya, ketika hendak datang ke Korea Selatan. Hal serupa, bisa diberikan kepada STY, manakala pelatih asal Korea Selatan bertandang ke Indonesia," ujar Athari.
Sementara Dewan Pendiri Mi6, Hendra Kesumah menambahkan sepakbola memiliki kemampuan unik untuk menyatukan orang dari berbagai latar belakang, suku, agama, dan pandangan politik. Prestasi Timnas yang besar seringkali menjadi titik fokus yang mempersatukan masyarakat dalam keragaman Indonesia.
"Prestasi tinggi sepakbola Timnas ini menjadi peluang untuk meningkatkan kesatuan, kebahagiaan, dan identitas nasional kita sebagai Indonesia," katanya. (Antara).