FIN.CO.ID- Menteri warisan Israel, Amichai Eliyahu menyarankan bulan Ramadan dihapus agar tidak mengganggu agresi militer Israel sekaligus genosida di Gaza, Palestina.
Amichai Eliyahu menyampaikan usulan itu dalam sebuah wawancara dengan Radio Angkatan Darat rezim Israel menjelang bulan suci umat Islam, yang akan dimulai sekitar 10 Maret 2024.
“Apa yang disebut bulan Ramadhan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” kata Eliyahu.
BACA JUGA:
- Ini Jenis Kurma Israel yang Tersebar di Sejumlah Negara Termasuk Indonesia
- 30.534 Rakyat Palestina Terbunuh Akibat Agresi Israel di Jalur Gaza
Pernyataannya muncul ketika ada laporan keamanan Israel terbaru, yang menunjukkan bahwa Israel sedang ketakutan atas meletusnya perang di Tepi Barat yang sedang diduduki pasukan Al Quds untuk memaksa masuk ke Masjud Al Aqsa saat bulan Ramadan nanti.
Masjid ini adalah situs tersuci ketiga umat Islam dan biasanya menarik ratusan ribu jamaah terutama selama bulan Ramadhan.
Namun Eliyahu mengatakan dalam wawancaranya bahwa potensi ketegangan selama bulan suci Ramadhan di Gaza dan Tepi Barat yang dilanda perang harus dihentikan oleh rezim.
Eliyahu merupakan anggota partai ekstremis sayap kanan Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi), yang digambarkan sebagai partai fasis dan anti-Arab.
Partainya dipimpin oleh Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan nasional sayap kanan rezim tersebut.
BACA JUGA:
- Israel Tembak Pengungsi Gaza Saat Rebutan Bantuan, Menteri Palestina Desak Sanksi Genosidaa
- Nikaragua Adukan Jerman ke Mahkamah Internasional Karena Dukung Genosida Israel di Gaza
Ben-Gvir yang menyerukan pengusiran warga Palestina dari Gaza dan pembangunan pemukiman Israel di wilayah tersebut serta penembakan terhadap perempuan dan anak-anak Palestina.
Bukan kali ini saja, Eliyahu melontarkan pernyataan kontroveris. Pada November 2023 lalu, Eliyahu pernah melontarkan pernyataan yang mengatakan bahwa menggunakan senjata nuklir adalah sebuah pilihan bagi tentara Israel selama serangan gencar di Gaza. Dia mengklaim bahwa wilayah tersebut tidak berhak untuk hidup.
Dewan Hubungan Muslim-Amerika (CAIR) mengecam pernyataan Eliyahu, dan mendesak Presiden AS Joe Biden untuk mengutuk pernyataan tersebut juga.
"Sekali lagi, seorang pejabat Israel secara terbuka melontarkan pernyataan genosida yang tidak dikutuk oleh pemerintahan Biden. Cukup sudah,” kata Wakil Direktur Eksekutif CAIR Edward Ahmed Mitchel dalam sebuah pernyataan.
"Rezim Israel terus berteriak kepada semua orang yang mau mendengarkan bahwa mereka melancarkan perang terhadap seluruh penduduk Palestina, serta simbol-simbol budaya mereka, mulai dari gereja, masjid, hingga Ramadhan itu sendiri,” tambahnya. (*)