Dalam sejumlah kesempatan, elite PDI Perjuangan bahkan membuka wacana untuk menggalang aliansi dengan kubu Anies-Muhaimin jika Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
"Sikap politik PDI Perjuangan makin membuat frustrasi kalangan nasionalis melihat manuver yang terasa sudah di luar nalar itu," kata Alfian.
Langkah politik yang diambil kubu Ganjar dan PDI Perjuangan terkesan sangat pragmatis dan hanya demi kepentingan elektoral semata.
"PDI Perjuangan bertekad untuk menang ketiga kalinya atau mencetak hattrick dan kembali mengalahkan capres yang diusung oleh Gerindra," tambahnya.
BACA JUGA:
- Hasil Survei IPE: Elektabilitas Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin Bersaing Ketat
- Ini 9 Parpol yang Bakal Lolos ke Senayan Versi Survei Puspoll Indonesia
Padahal, lanjutnya, dalam perkembangan terkini, Ganjar-Mahfud sudah jauh tertinggal dan dominasi PDI Perjuangan diprediksi segera berakhir.
"Tingginya elektabilitas Prabowo-Gibran memberikan coattail effect (efek ekor jas) bagi Gerindra, sehingga berpeluang menggeser PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 2024," ujar Alfian.
Jika kubu Ganjar dan PDI Perjuangan tidak mengubah perspektif dan strategi, menurut dia, maka bisa jadi elektabilitas keduanya bakal makin melorot hingga hari pencoblosan, karena makin besarnya pemilih nasionalis yang meninggalkan dan beralih mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Survei JRC itu dilakukan pada tanggal 26-31 Desember 2023 secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.