Selanjutnya, para pengurus Satupena pusat memutuskan dan menetapkan dua penulis penerima anugerah (fiksi dan non fiksi), dari enam penulis hasil seleksi final.
Dewan Juri mengusulkan Putu Wijaya sebagai penerima anugerah dititik beratkan pada karya-karya dramanya, selain juga dia banyak menulis novel, puisi, cerita pendek.
Putu Wijaya penulis serba lengkap. Dia menulis cerita pendek, puisi, novel, dan drama Sejak sekolah menengah pertama (SMP) sebagai debut awalnya hingga di masa lansia dia terus menulis.
Enerji menulisnya sukar ditandingi. Karya-karyanya, terutama drama selalu menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.
Putu juga dikenal membawa karakter fiksi yang penuh kejutan dan absurditas. Membaca karyanya, kita acapkali dibawa pada adegan yang tak terduga, twist dan surprise.
Sedangkan untuk kategori Nonfiksi, nama Komarudin Hidayat banyak diusulkan para tokoh penulis dan intelektual.
Komaruddin Hidayat seorang pendidik, rektor, guru besar, dan juga merupakan penulis yang sangat produktif.
Beberapa bukunya diterjemahkan ke pelbagai bahasa asing. Sejumlah buku Komaruddin menjadi buku terlaris ( Best Seller).
Kualitas isi dan bahasa yang is gunakan mudah dipahami oleh aneka lapisan masyarakat. Yang istimewa, di samping kualitas akademik tulisannya terjaga, Komaruddin Hidayat juga memiliki kemampuan menulis non-fiksi yang menyentuh hati.
Gagasannya soal perlunya sikap beragama yang moderat, Islam yang humanis, dunia sosial yang kaya dengan dimensi spiritual mengilhami publik luas.
Walau usia mereka berdua sudah melampaui 70 tahun, Putu Wijaya dan Komaruddin Hidayat tetap aktif dalam komunitas orang- orang yang berkarya.