Lifestyle . 27/11/2023, 15:37 WIB
Untuk menyebut angka 58, pendendang akan melantunkan pantun di bawah ini:
Balago singo jo macan
Kaduonyo lari kahutan
Ado limo puluah salapan
Alah ado nan bapunyo
Capek- capeklah pai kamuko
Masyarakat Minangkabau menjadikan KIM ini sebagai hiburan pada perhelatan besar mereka, terutama malam sebelum pesta digelar. Ketika Jakarta Fair masih dilangsungkan di Monas, sepanjang 30 hari warga Jakarta bisa mengikuti permainan ini dengan membeli kupon yang dijual oleh panitia.
Sekarang tidak banyak tempat yang menggelar permainan KIM di Jakarta. Perhelatan orang Minang Pun tidak menyelipkan permainan KIM jika mereka menikahkan anaknya.
“Kami ingin KIM dimainkan di nusantara,” kata Direktur Wara Wiri Feskraf Sastri Bakri yang menggelar festival ini selama 3 hari di TMII.
Gagasan mempopulerkan KIM menjadi permainan nusantara datang dari Denny JA, ketua umum Persatuan Penulis Indonesia Satupena, yang menjadi sponsor utama Wara Wiri Feskraf ini selama 3 hari ini.
“KIM ini layak menjadi permainan nusantara karena ada unsur kebersamaan, keseruan, dan ketegangan, sekaligus kegembiraan di saat mengikutinya,” kata Denny JA yang ikut bermain KIM selama 4 jam penuh.
Denny mengusulkan KIM tidak lagi berarti Kesenian Irama Minangkabau, tetapi menjadi KIN, Kesenian Irama Nusantara. Sedangkan pelantun atau penyanyi KIM dipanggung menyebutnya dengan “KIM Nusantara”.
Karena itu, KIM yang dimainkan tadi malam sudah mengalami modifikasi sedikit. Yaitu, lagu dan pantun yang didendangkan menggunakan bahasa Indonesia saja, dan lagu-lagunya tidak lagi 100% berasal dari Minang.
Sang penyanyi sudah menggunakan lagu-lagu dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Keseruannya tidak berubah karena pendendang pandai meramu lagu-lagu daerah itu menjadi irama seperti yang berlaku di KIM.
Wara Wiri Feskraf adalah festival yang menampilkan aneka rasa dan warna budaya Indonesia. Selain musik, juga ada pembahasan literasi dengan berbagai topik, menampilkan tokoh di bidang masing-masing, termasuk Gemala Hatta yang menceritakan dunia literasi ayahnya, Bung Hatta. Kemarin juga digelar diskusi bersama Ahmad Gaus, “Dialog Esoterika: Agama di Era Google, Warisan Kultural Milik Bersama.”
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com