Sebanyak 16 rumah sakit di Gaza terpaksa menghentikan operasinya karena jumlah orang yang terluka meningkat sementara tidak adanya kehabisan persediaan bahan bakar.
PBB mengatakan bahwa lebih dari 1,5 juta orang, atau lebih dari separuh populasi Gaza, telah mengungsi.
Ketika kondisi di Gaza semakin memburuk dan jumlah korban tewas terus meningkat, seruan untuk mengakhiri pertempuran pun semakin meningkat.
Pada akhir Oktober, Majelis Umum PBB memberikan suara terbanyak untuk mendukung resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera.
Namun, Israel dan sekutu terkuatnya, Amerika Serikat, menolak seruan gencatan senjata. Mereka mengatakan, gencatan senjata akan menguntungkan Hamas.
Amerika menyatakan akan mendukung penghentian sementara pertempuran agar bantuan lebih banyak bisa masuk ke Gaza, namun Israel kurang menunjukkan antusiasme terhadap gagasan ini.
Ketika Israel meningkatkan operasi darat di Gaza dan melanjutkan kampanye serangan udaranya, warga Palestina khawatir bahwa konflik ini tidak akan berakhir.
“Apakah kamu menikmati… film horor ini?” kata Zak Hania, warga kamp pengungsi al-Shati, bertanya kepada para pemimpin dunia dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.
“Berapa banyak orang yang perlu mati, dibunuh, demi rakyatnya, demi dunia, agar para pemimpin dunia bisa bergerak untuk melakukan sesuatu? Kami meminta gencatan senjata. Kami semua adalah warga sipil," tukasnya.
Pasukan Israel membagi bagian utara dan selatan Gaza. Pasukan tersebut diperkirakan memasuki Kota Gaza pada hari Senin atau Selasa.
Saat ini, militer Israel mengatakan mereka telah mengepung Kota Gaza dan bersiap menghadapi pertempuran darat yang diperkirakan akan terjadi. (*)