Catatan Dahlan Iskan . 20/08/2023, 06:04 WIB

Buku Obor

Penulis : Admin
Editor : Admin

Belum diizinkan. Masih terlalu kecil. Setelah tamat SMP barulah Novi boleh ke Nurul Jadid. Novi ingin masuk jurusan eksakta. Nilai matematika di SD dan SMP-nya terbaik. Tapi yang tersedia di Nurul Jadid jurusan bahasa.

Di jurusan bahasa itu santri  diasramakan. Dalam asrama ada aturan: wajib berbahasa asing selama 24/7. Tinggal pilih. Boleh Mandarin, boleh Inggris, boleh bahasa Arab.

Novi menonjol sekali dalam penguasaan bahasa Mandarin. Melebihi bahasa Inggris dan Arabnya. Ia angkatan ketiga sejak Nurul Jadid memasukkan bahasa Mandarin di jurusan bahasanya. Maka Novi diikutkan lomba pidato bahasa Mandarin di Jakarta: juara.

Sejak itu ia menerima banyak tawaran beasiswa kuliah di Tiongkok. Sampai doktor.

Banyak teman santri Novi di Nurul Jadid yang meneruskan kuliah di Tiongkok. Kini santri Nurul Jadid yang lulus S-1 dari Tiongkok sudah lebih 200 orang.

Apa yang kita harus belajar dari Tiongkok versi Novi?

"Membuka pikiran," katanya.

Ia mengutip kata-kata Deng Xiaoping: kalau kita berdebat terus tidak akan pernah bisa bekerja.

Novi jadi pembicara di bedah buku kemarin. Pembicara satunya, seperti dilaporkan komentator Johannes Kitono, adalah  Christine Susanna Tjhin. Dia seorang peneliti yang pernah lama di CSIS Jakarta. Yang jadi moderator: Mercedes Amanda yang satu kampus dengan Novi.

Dari tempat acara itu saya langsung ke Halim. Harus terbang ke Semarang untuk lanjut ke Demak. Sebenarnya ingin juga mampir berperahu ke ''tanah musnah'' di proyek jalan tol Semarang-Demak itu, tapi Sabtu sudah terlalu senja. Tanah musnah itu tambah hilang di waktu malam. (*)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com