Catatan Dahlan Iskan . 19/08/2023, 08:01 WIB

Mobil Dinas

Penulis : Admin
Editor : Admin

Ya anda lebih tahu kenapa pengusaha menentukan dukungan dalam pencalonan penguasa baru. Karena nyawa mereka selanjutnya disitu. Dalam mendapatkan kue proyek proyek negara. Kalau perlu sambil mensupply logistik pencalonan penguasa, dibuat rancangan pembagian kavling proyek proyek dari APBN.

 

Liam Then

Iseng saya coba cek, ternyata Biden presiden Amerika tak kaya, cuma 150-an milyar rupiah hartanya. Pak Biden sudah tercatat berhasil menggalang kan 72jt dollar ekuivalen rp1,1 triliun, dana sumbangan sampai saat ini, untuk pencalonan di 2024. Tapi tunggu dulu, jangan dikira nyapres di Amerika murah, 2020 Pak Biden berhasil kumpulkan sumbangan 1 miliar dollar- 15 triliun dana donasi politik. Pak Fahri Hamzah pernah bilang kalo ndak punya 5 triliun ndak bisa nyapres orang itu. Jika per pengusaha saweran @10 milyar, 10 orang 100 milyar, 100 orang 1 triliun, wah, butuh 500 orang sumbang baru cukup 5 triliun. Jika Pak FH benar adanya, jadi pertanyaan : Di Amerika yang GDPnya 20 triliun dollar, "cuma" butuh 15 triliun. Dikita sini yang GDP cuma 1 triliun dollar kok butuh sampai 5 triliun? Apakah ini boleh diartikan nyapres di Indonesia jatohnya lebih mahal daripada nyapres di Amerika? Apakah Pak Fahri Hamzah Ndak salah hitung?

 

Leong Putu

Berita lucu yang tak lucu. Gubernur Bali Wayan Koster meminta siswa - siswi di Bali berhenti menonton film kartun dari Malaysia. Upin - Ipin. Dia mengajak menonton produk dari tradisi sendiri. Hal itu disampaikan demi menjaga nilai budaya Bali dari dunia luar. Menurutnya, Bali kaya akan tradisi. Jangan lagi nonton itu (Upin-Ipin) gak jelas itu apa itu. Lebih baik kita bangun produksi yang berangkat dari dan budaya kita. Tanah Bali betul betul memiliki kekayaan untuk itu.... ..... ...... Koster juga mengingatkan kepada siswa siswi di Bali bahwa saat ini nama Ketut sudah hampir punah. Koster menyebut nama Ketut di Bali hanya 6 persen saja. "Sudah langka, nama Ketut terancam punah."katanya. Koster menjabarkan nama Bali yang juga terancam punah ada Nyoman dan Komang. Yakni sebanyak 18 persen. Ia pun meminta siswa Bali meneruskan keturunan hingga empat anak. "Nanti kalau sudah nikah, kalau bisa punya empat anak. Akan diberi insentif bagi yang namanya Ketut dan Nyoman". Ungkap Koster. ***sumber : detik.com Yang jadi pertanyaan : Apa korelasinya tidak boleh nonton film Upin-Ipin dan himbauan punya empat anak? Kira² itu dihadapan siswa-siswi kelas berapa? Saya kok yakin itu bukan Anak SMA, Anak SMA ndak mungkin nonton Upin Ipin. semoga tidak dihadapan anak² SD. Maaf saya tidak melihat langsung di lokasi. Wkwkwkwk....benar² berita lucu yang ndak lucu. Semoga tidak dianjurkan nonton film "unyil".

 

Mirza Mirwan

Menyambung tentang approval rating Pak Jokowi di komentar saya pagi tadi. Pada awal pidatonya di Senayan Rabu kemarin itu Pak Jokowi menyinggung sebutan "Pak Lurah" yang dialamatkan kepadanya. Juga sebutan "plonga-plingo, Firaun, dan ....yang dari Gerung itu." Presiden menanggapinya santai saja. Dan, memang, sebutan senegatif apapun tidak berpengaruh terhadap approval rating Pak Jokowi. Mungkin, ini mungkin lho ya, dari Bu Hj. Sudjiatmi Notomihardjo, ibundanya, Pak Jokowi diberi nasehat bagaimana menjadi seorang pemimpin, seperti wejangan dalam Serat Wulangreh, dalam Tembang Pocung, pupuh 12. # Den ajembar / den amot lan den amengku / den pindha segara / tyase ngemot ala becik / mapan ana papancene sowang-sowang # (Berpikiranlah yang luas, mampulah memuat dan menanggung, bersikaplah seperti lautan, hatinya memuat hal yang jelek dan yang baik, karena memang sudah ada pembagiannya sendiri-sendiri) Kalau bisa melaksanakan ajaran dalam Serat Wulangreh tersebut, hujatan, cemooh, caci-maki dan umpatan orang tidak berarti apa-apa, selama ia bekerja demi rakyat tanpa pandang ras dan agamanya. Tak akan pernah hina orang yang berjuang demi kemaslahatan rakyat meski sekelompok pendengki sepakat untuk menjatuhkannya. Sebaliknya si pendengki tak akan pernah mulia walaupun matahari terbit dari jidatnya. Pak Prabowo sepertinya belajar dari Pak Jokowi. Elektabilitasnya yang cenderung selalu di atas boleh jadi karena pembawaannya yang tidak meledak-ledak kayak dulu.

 

Jimmy Marta

Suaraku hanya satu. Suara rakyat lain banyak. Karena hanya satu gk kan kujual...

 

Mirza Mirwan

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com