Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong sejumlah faktor, seperti peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 5,1%.
Meski kenaikan NII lebih rendah dibandingkan semester pertama 2022, dia mengatakan, bisa dimaklumi sejalan dengan fokus perseroan dalam menciptakan peningkatan kualitas aset dengan penyaluran kredit ke segmen berisiko rendah.
Fokus penguatan kualitas aset, terang mereka, tidak akan membuat penyaluran kredit BNI terseret. BNI diprediksi bisa mencapai pertumbuhan kredit berkisar 7-9% sepanjang 2023 dengan kredit lebih aman.
Segmen korporasi swasta tier 1 akan menjadi penggerak utama. Penguatan kualitas aset juga berimbas terhadap margin bunga bersih (NIM) dengan prediksi mencapai 4,6% dan biaya kredit (CoC) diproyeksikan turun jauh menjadi 1,5% tahun ini.
Target harga saham tersebut juga mempertimbangkan proyeksi BNI mampu mempertahankan rasio dividen sebesar 40% hingga 50% dalam tahun-tahun mendatang.
Proyeksi kenaikan laba bersih BNI menjadi Rp21,86 triliun tahun 2023, dibandingkan realisasi tahun lalu Rp18,31 triliun.
Pandangan positif terhadap BBNI juga datang dari analis RHB Sekuritas Indonesia, David Chong.
Menurut dia, BNI menunjukkan prospek kinerja yang lebih baik memasuki semester kedua 2023. Tren tersebut terlihat dari perbaikan sejumlah indikator perseroan pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kuartal pertama 2023.
Peningkatan *outlook* perseroan didukung faktor ekspektasi penyerapan belanja pemerintah lebih tinggi menjelang pelaksanaan pemilu dan ekspektasi pertumbuhan konsumsi masyarakat pada paruh kedua. Begitu juga dengan proyeksi biaya kredit di bawah 1,5% ikut memberikan sentimen positif.
Hal ini mendorong RHB Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp11.700 per saham.
Target tersebut merefleksikan estimasi kenaikan laba bersih menjadi Rp23,64 triliun pada 2023 dan kembali diproyeksikan meningkat menjadi Rp26,01 triliun pada 2024.
Lebih lanjut dari proyeksi optimis para analis tersebut, BNI juga tetap layak terus menjadi koleksi investasi karena dari sisi valuasi, rasio Price to Book Value (PBV) BNI masih di kisaran 1,2 kali, sangat atraktif bila dibandingkan emiten besar lainnya, serta masih di bawah rata-rata PBV BNI dalam 10 tahun terakhir yang mencapai 1,4 kali, sehingga bisa dibilang saat ini saham BNI undervalued.
Selain itu, dengan asumsi dividend payout ratio 40% sama seperti tahun 2022, BBNI berpotensi menghasilkan dividend yield 5% sampai 6% bagi investor tahun 2023 ini.