Catatan Dahlan Iskan . 17/04/2023, 06:00 WIB

Safari Nanjing

Penulis : Admin
Editor : Admin

Di Nanjing ini saya lihat ada tiga wakil imam. Dengan igal kepala yang sama. Tapi di antara tiga itu hanya satu yang bajunya persis baju imam. Seperti jas panjang dengan gambar bendera Tiongkok di dada. Di beberapa masjid lain, wakil imam itu sampai 6 orang. 

Saya pun sudah biasa: ketika imam selesai membaca Al Fatihah tidak perlu mengucapkan ''amin'' dengan suara keras dan panjang. Cukup ''amin'' dengan lirih dan pendek. Saya selalu ingat zaman dulu. Di masjid Beijing. Begitu imam selesai membaca Al Fatihah saya sontak meneriakkan ''amin'' keras dan panjang. Ternyata saya sendirian melakukan itu.

Salat cara Hanafi simpel. Tangan tidak pernah diangkat. Baik sehabis ruku maupun sehabis tahiyat. Juga tidak pakai wirid bersama. Begitu salam, jamaah bubar. Hanya sebagian kecil yang salat sunnah ba'dal magrib.

Di lantai bawah meja makan sudah penuh makanan. Ada tujuh piring besar. Masing-masing penuh dengan makanan: sayur, daging, telur dadar, mie dan roti.

"Tarawih di sini?" tanya imam.

"Tidak," jawab kami. "Kami ada urusan lain".

Kami memang sudah janjian makan malam dengan para mahasiswa itu. Saya serahkan ke mahasiswi mau makan besar di mana. Mereka pilih di restoran Aladin. Sekitar 1,5 km dari masjid.

"Siapa yang pilih resto ini," tanya saya.

"Sasa," jawab Ika.

Sasa bijaksana. Ia Hindu. Ia pilihkan resto halal. Itulah resto Xinjiang. Dengan satenya yang besar-besar. Dengan tusuk satenya berupa ranting pohon dari Xinjiang.

Selesai makan barulah mereka minta bisa diskusi dengan saya. Seru juga. Ini kali kedua saya makan bersama mahasiswa kita di Nanjing. Setelah lima tahun tidak ke Nanjing. (*) 

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com