Health . 21/11/2022, 13:26 WIB
JAKARTA, FIN.CO.ID - Di artikel FIN sebelumnya, dijelaskan soal apa itu NOVID, atau orang yang tidak pernah terpapar, atau menyadari bahwa dirinya kena COVID.
Kini, dijelaskan tentang apa yang menyebabkan seseorang bisa menjadi NOVID, atau kebal, atau tidak menyadari keberadaan COVID
Menurut Gurubesar Prodi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul (UEU) Jakarta, Prof. Maksum Radji, ini ada hubungannya dengan faktor genetik,
BACA JUGA: Makin Ngeri, Covid-19 Hari Melonjak 5.172 Kasus, Jumlah Pasien Meninggal Bertambah Lagi Dalam sebuah keterangan, Prof. Maksum menjelaskan tentang hubungan antara faktor genetik seseorang dengan NOVID.
Prof Maksum mengungkapkan bahwa pada salah satu laporan terbaru yang dilansir laman https://www.abc.net.au/news/2022 tanggal 11 November 2022 yang lalu, para peneliti dari School of Biomedical Sciences and Pharmacy, University of Newcastle, menyebutkan bahwa pengaruh variasi genetik individu atau polimorfisme terhadap risiko penyakit biasanya sangat kecil.
Guru Besar UEU Prof Maksum--
Jadi untuk mengidentifikasi pengaruh genetik terhadap NOVID ini membutuhkan lebih banyak penelitian, yang melibatkan lebih banyak subjek yang terdiri dari berbagai ras dan suku.
“Dalam salah satu studi, para peneliti membandingkan antara genom subjek yang terdiri dari sekitar 50.000 orang penderita COVID-19 dengan genom dari sekitar 2 juta orang yang diketahui tidak terkena infeksi atau NOVID".
BACA JUGA: Siap-Siap! Menkes Sebut Kasus COVID-19 di Indonesia Memuncak Dalam Waktu Dekat
" Para peneliti mengidentifikasi lokus genom tertentu yang terkait dengan risiko tertular COVID-19 dengan tingkat keparahan penyakit. Penelitian ini membuktikan bahwa sebagaimana jenis penyakit lainnya, gen tertentu memang mempengaruhi risiko terinfeksi COVID-19”, ungkap Prof. Maksum.
“Hasil penelitian ini sangat penting untuk lebih memahami aspek biologi molekuler dari patogenenis COVID-19 dan juga untuk menjawab pertanyaan siapa yang mungkin berisiko terkena penyakit parah atau long COVID dan membantu pengembangan terapi baru”, imbuhnya.
Prof. Maksum menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian lainnya yang dipublikasi pada Jurnal Nature yang terbit pada 7 Maret 2022 yang lalu disebutkan bahwa tim peneliti telah mengidentifikasi 16 jenis gen pada pasien COVID-19 yang kritis.
Para peneliti menganalisis sekitar 56.000 sampel untuk membandingkan genom pasien COVID-19. Berdasarkan analisis genetik, peneliti menemukan perbedaan di antara 23 gen pada pasien dengan kondisi kritis dengan pasien COVID-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan.
BACA JUGA: Vaksin Bivalen Dianggap Mampu Tanggulangi Covid-19 Varian Lama dan Omicron, Begini Penjelasannya
Temuan ini merupakan hasil perbandingan antara 7.491 pasien Covid-19 kritis dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 48.400 orang.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com