Ratih Ibrahim menjelaskan bahwa depresi bukanlah sebuah kondisi yang bisa dipandang sebelah mata, karena kondisi ini berisiko memunculkan keinginan seseorang untuk bunuh diri.
“Saya mau mengajak kita semua untuk aware dengan apa sebetulnya depresi itu dan bagaimana kemudian sampai kepada bunuh diri,” kata Ratih Ibrahim dalam sebuah webinar, via ANTARA.
Hal tersebut disampaikan Ketua II Bidang Kemitraan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu, dalan diskusi bertajuk “Major Depressive Disorder with Suicidal Ideation” yang digelar secara virtual.
“Mungkin kalau dilihat secara umum, kita sering dengar kadang-kadang, ‘Aduh, mau mati saja, deh, bawaannya’. Terus kita pikir teman kita ini lebay banget. Padahal hati-hati, lho, itu adalah sebuah tanda yang perlu disikapi secara tidak sembarangan,” jelasnya.
Ia pun mengutip data milik WHO yang dikeluarkan tahun ini. Di situ disebutkan bahwa 1 dari 8 orang di seluruh mengalami gangguan mental. Kecemasan dan depresi menjadi gangguan mental yang paling umum.
Dari angka itu, Ratih Ibrahim menegaskan seberapa seriusnya penyakit yang masuk dalam kategori silent killer itu terhadap umat manusia.
“Dalam perjalanan saya sebagai seorang profesional kesehatan jiwa, saya menemukan memang betul-betul depresi ini nggak main-main,” ucapnya.
“Bila tidak ditangani secara serius memang akan masuk ke major depressive disorder (MDD) dan muncul keinginan untuk bunuh diri,” ujarnya.