News . 18/11/2022, 04:01 WIB
“@MahyarTousi baru mendapatkan pengalaman merasakan apa yang terjadi jika kita menghina budaya orang lain. Boleh saja hina para pemimpin, tetapi jika sudah menyentuh yang berbau Indonesia, maka kalian akan di bully dengan cara yang bahkan kalian tak menyangka ada,” kata @goyengan.
“Dia nggak tau netizen Indonesia. Cyber-bully kami sudah terbukti bisa sampai bikin para pemimpin dan pemangku kepentingan berubah keputusan,” kata @NadineSaskia4.
Foto yang dikomentari Mahyar Tousi yakni tampak Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab.
Sejarah Batik di Indonesia
Kemarahan rakyat Indonesia terhadap pernyataan Mahyar Tusi yang menghina batik bukan tanpa sebab.
Batik merupakan bagian dari sejarah panjang bangsa Indonesia.
Setiap tanggal 2 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional.
Bahkan, batik nasional sudah terdaftar sebagai Perwakilan Warisan Budaya Tak Benda United Nations of Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2009.
Sejarah hari batik nasional diputuskan ketika Batik diakui dalam sidang ke-4 komite antar-pemerintah tentang Warisan Budaya Tak-Benda yang diselenggarakan UNESCO di Abu Dhabi.
UNESCO mengakui batik berserta wayang, keris, noken, dan tari saman sebagai Budaya Tak-Benda warisan manusisa.
Batik Sudah Ada sejak Zaman Kerajaan Majapahit
Para pegawai keraton mengajarkan produksi batik di lingkungan luar.
Nantinya, pakaian batik akan digunakan oleh keluarga dan pengawai kerajaan.
Sejarah perbatikan Indonesia dimulai sejak era Kerajaan Majapahit.
Hal itu terbukti dengan ditemukannya sisa peninggalan batik yang ada di wilayah Mojokerto dan Bonorowo (sekarang Tulungagung).
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com