JAKARTA, FIN.CO.ID - Stres adalah sesuatu yang pastinya dialami oleh setiap orang. Bisa karena pekerjaan, tugas di sekolah bagi mereka yang pelajar, hubungan asmara dan lainnya.
Namun ketika dikelola dengan baik, maka stres sepatutnya bukanlah hal yang perlu ditakuti, dan tidak berdampak buruk terhadap kesehatan.
Namun sebaliknya ketika stres tidak dikontrol, maka salah satu efeknya adalah terhadap kesehatan jantung.
BACA JUGA: Berpose seperti Superman Selama 2 Menit, Bisa Bantu Pangkas Stres, Gini Penjelasannya
Menurut dokter spesialis jantung dr. Azlan Sain, Sp.JP, stres berlebihan dapat menstimulasi kerja saraf simpatis, yang efeknya adalah meningkatkan denyut dan kerja jantung.
Ketika saraf simpatis terstimulasi oleh stres, yang terjadi tanpa henti, akibat stres yang berkepanjangan, maka hal ini akan memberikan beban kerja yang lebih berat terhadap jantung.
"Anda harus bisa mengatur waktu istirahat, waktu di rumah, waktu dengan keluarga , atau waktu dengan teman-teman Anda dengan proporsi yang seimbang agar tidak menjadi stres," kata dr. Azlan Sain, via ANTARA.
Agar terhindar dari penyakit jantung koroner di kemudian hari. Dr. Azlain Zain menyarankan orang, untuk mulai menerapkan pola hidup sehat.
Dan bagi mereka yang punya risiko penyakit jantung koroner, disarankan untuk rutin memeriksakan kesehatan jantung mereka, untuk menerapkan perubahan dalam gaya hidup mereka.
Anda punya stres yang selalu Anda pendam tanpa mencari solusinya? Well, saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk mencari pertolongan ahli, agar terhindar dari penyakit jantung di kemudian hari.
Usia Pasien Serangan Jantung di Indonesia Lebih Muda
Usia pasien serangan jantung di Indonesia jauh lebih muda, ketimbang usia pasien serangan jantung di AS, Eropa dan Jepang.
Hal ini dingkap dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Siska S Danny, SpJP(K).
"Usia pasien serangan jantung di Indonesia median 57 tahun. Ini jauh lebih muda dibandingkan usia di Amerika atau Eropa antara 60-65 tahun,” kata dr. Siska S Danny, SpJP(K).
“Di Jepang, malah lebih tua lagi," ungkapnya dalam acara onlin ebertajuk “Cardiovascular medicine in 2022 and beyond: Adaptive, personalized and evidence-based”.