JAKARTA, FIN.CO.ID - Apakah cedera kaki bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, adalah sebuah masalah yang tanyakan seseorang di sebuah forum kesehatan.
Dan menariknya menurut dr. Nadia Nurotul Fuadah, cedera pada kaki memang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tumbuh ke depannya, dalam hal ini terkait tinggi badannya.
“Pertumbuhan tinggi badan Anda bisa terhambat apabila cedera yang dialami terjadi saat Anda masih dalam masa pertumbuhan, dan apabila cedera tersebut menyebabkan kerusakan pada lempeng epifisis tulang-tulang panjang,” jelas dr. Nadia seperti dikutip FIN dari Alodokter.
(BACA JUGA: Bukannya Segar Kembali, Tidur Semalaman Malah Bikin Badan Anda Pegal-pegal, Ini Penyebabnya Menurut Ahli)
(BACA JUGA: Badan Gampang Capek padahal Gak Ngapa-ngapain, Ini yang Salah dari Anda Menurut Dokter)
Tidak hanya cedera kaki saja yang bisa menghambat pertumbuhan tinggi badan. Jenis olahraga tertentu juga disebut memiliki efek yang kurang lebih sama.
“Menurut beberapa sumber, berlebihan melakukan olahraga olah otot di usia pertumbuhan berisiko membuat energi teralihkan dalam pembentukan massa otot tersebut, dan bukannya terfokus pada pertumbuhan tinggi badan,” ungkapnya.
Jadi, bukannya melarang olahraga yang dikhususkan untuk membentuk otot, akan tetapi membatasinya, terlebih pada usia pertumbuhan, lebih dianjurkan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan tinggi badan.
Adapun tips lain yang bisa dipraktekan untuk menambah tinggi badan, selagi Anda masih dalam usia yang memungkinkan Anda tumbuh, adalah dengan menggunakan jasa ahli.
“Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tinggi badan, silakan Anda berkonsultasi dengan dokter atau personal trainer terdekat,” ujarnya menyarankan.
Perlu diketahui, tinggi badan orang pada umumnya masih akan terus tumbuh hingga mereka menginjak usia tertentu. Jika 21 tahun pada pria, maka 20 tahun pada wanita.
Selain itu, faktor tinggi badan seseorang itu berbeda-beda karena dipengaruhhi oleh beberapa faktor.
“Pencapaian pertumbuhan tinggi badan ini bisa dipengaruhi oleh beragam faktor, termasuk genetik, asupan gizi, aktifitas dan pola hidup, kondiri hormonal, dan juga status kesehatan secara umum,” jelas dr. Nadia.
