Demokrasi Alami Kemerosotan Sejak Era Jokowi

fin.co.id - 18/05/2022, 03:30 WIB

Demokrasi Alami Kemerosotan Sejak Era Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi).

JAKARTA, FIN.CO.ID-  Dalam 9 tahun terakhir, Indonesia mengalami kemerosotan demokrasi. Merujuk data Freedom House sejak 2013 sampai 2022 menunjukkan skor demokrasi Indonesia mengalami kemunduran dari 65 pada 2013 menjadi 59 pada 2022.

Demikian disampaikan oleh Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani dalam sebuah diskusi bertajuk: Demokrasi Makin Mundur? Refleksi 24 Tahun Reformasi" yang disiarkan YouTube SMRC TV, Selasa 17 Mei 2022.

Saiful Mujani menjelaskan bahwa Freedom House melakukan studi secara rutin mengenai kebebasan. Studi ini meminta sejumlah ahli atau orang yang mengerti politik Indonesia untuk melakukan checklist item-item yang menjadi indikator dari demokrasi, apakah kondisinya membaik atau memburuk.

(BACA JUGA: Giring Kecam Rasisme ke Tsamara: Racun Buat Demokrasi)

"Kami kelasnya kurang lebih sama dengan India yang sudah puluhan tahun mengalami demokrasi," katanya. 

Saiful melanjutkan bahwa studi yang dilakukan Freedom House mengukur kondisi demokrasi dengan melihat aspek kebebasan.

Menurut dia, tak terbayangkan ada demokrasi tanpa kebebasan. Dasar dari sistem demokrasi adalah kebebasan. Karena itu, kebebasan di seluruh negara menjadi fokus perhatian Freedom House.

(BACA JUGA: Pendukung Jokowi Akui Pemerintah Saat Ini Sangat Parah: Terjadi Pembungkaman dan Kemunduran Demokrasi)

Lembaga ini kemudian membuat skor antara 0 sampai 100, dengan semakin mendekati 100 semakin baik kondisi demokrasinya, sementara semakin mendekati 0 semakin buruk.

Ilmuwan politik lulusan Ohio State University, Amerika Serikat ini memaparkan bahwa ada dua indikator demokrasi yang dipakai oleh Freedom House: political rights (hak-hak politik) dan civil liberties (kebebasan sipil).

Hak-hak politik antara lain menyangkut penyelenggaraan pemilu, apakah, misalnya, dilakukan secara jujur dan adil atau tidak, bagaimana pemerintahan berjalan, ada "check and balances" atau tidak, seberapa susah untuk ikut berkontestasi, dan seterusnya.

(BACA JUGA: Prof Henri Subiakto: Yang Ingin Tumbangkan Jokowi itu Penghianat Demokrasi dan Perusak NKRI)

Saiful mencontohkan bahwa praktik sulitnya membuat partai politik di Indonesia menjadi indikator tentang Indonesia yang kurang membuka akses pada hak-hak politik.

"Semakin mudah orang atau warga untuk mengakses kontestasi dalam kekuasaan, maka itu adalah indikasi demokrasi semakin membaik," kata Saiful.

Aspek yang lain adalah kebebasan sipil, berkaitan dengan kebebasan untuk berbicara, berekspresi, mengkritik pemerintah, kebebasan pers, perlindungan pada minoritas, kebebasan beragama, berorganisasi, dan sebagainya. 

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->