Walau demikian, Samiyono sulit membohongi rasa rindunya kepada keluarga, terutama buah hati.
Di saat istirahat setelah melakukan perjalanan, dia selalu menyempatkan diri untuk menghubungi putri bungsunya.
(BACA JUGA: Kronologis Polisi Dikeroyok Massa Saat Tangkap Jambret di Cakung, Ternyata Massa Tersulut Saat Petugas...)
Melalui fitur panggilan video di telepon genggam, begitu cara Samiyono menengok putrinya yang masih berusia enam tahun.
Mungkin tidak banyak percakapan yang terjadi. Namun bagi dia, melihat senyum putrinya yang merekah sudah menjadi pemantik semangat untuk bekerja.
"Yang penting saya didoakan keluarga dari rumah. Itu saja yang penting," kata Samiyono.
Jika sudah sampai Madura, Samiyono tidak serta merta bisa langsung pulang ke kampung halaman. Dirinya harus menunggu perintah Perusahaan Otobus (PO).
(BACA JUGA: Dua Pemudik Hantam Pohon Besar, Satu Luka-luka, Satu Kritis)
Bisa saja Samiyono harus bertahan di Madura atau bahkan kembali membawa penumpang saat arus balik ke Jakarta.
Maka tidak heran, terkadang Samiyono hanya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga selama satu hari dalam seminggu.
Hampir seluruh waktunya dia habiskan di aspal antar Jakarta-Madura sambil mengendarai kendaraan dengan penuh tanggung jawab mengingat keselamatan penumpang di atas segalanya.
Saat ditanyakan apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi seorang pengemudi bus AKAP, Samiyono hanya menjawab singkat, "Mental".
(BACA JUGA: Jelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H, Sejumlah Bahan Pokok Merangkak Naik)
Mental baja harus dimiliki setiap pengendara karena dipundaknya harus memikul tanggung jawab menyangkut keselamatan puluhan penumpang yang dibawanya.
"Pokoknya harus mental kuat. Kalau sudah jalan maka pikiran harus fokus supaya sampai tempat tujuan dengan selamat," ujar dia.