Tuduh Amerika Perpanjang Konflik di Ukraina, Rusia: Jangan Remehkan Ancaman Perang Nuklir

fin.co.id - 26/04/2022, 11:16 WIB

Tuduh Amerika Perpanjang Konflik di Ukraina, Rusia: Jangan Remehkan Ancaman Perang Nuklir

Kapal perang yang digunakan dalam perang Rusia dan Ukraina.

JAKARTA, FIN.CO.ID - Potensi perang nuklir bukan tidak mungkin terjadi di Ukraina. 

Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Dia pun mengingatkan agar negara-negara Barat untuk tidak meremehkan perang nuklir yang berpotensi terjadi di Ukraina.

(BACA JUGA: Rusia Gempur Pertahanan Terakhir Ukraina, Zelenskyy Belum Siap Menerobos Kepungan Mariupol)

Lavrov dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah pada Senin, 25 April 2022 waktu setempat, juga mengatakan inti dari setiap perjanjian mengakhiri konflik di Ukraina akan sangat bergantung pada situasi militer di lapangan.

Lavrov ditanya tentang pentingnya menghindari perang dunia ketiga dan apakah situasi saat ini bisa dibandingkan dengan krisis rudal Kuba pada 1962, salah satu masa terburuk dalam hubungan AS-Soviet.

"Rusia telah melakukan banyak hal untuk mencegah terjadinya perang nuklir dengan cara apa pun," katanya.

(BACA JUGA: Tuding Rusia Tidak Hanya Incar Ukraina, Zelenskyy Ingatkan Negara Tetangga Bisa Jadi Target Selanjutnya)

"Ini posisi penting kami yang mendasari segalanya. Risikonya kini cukup besar," lanjutnya.

"Saya tidak akan mau meningkatkan risiko itu secara sengaja. Banyak orang akan seperti itu. Bahayanya serius, nyata. Dan kita tak boleh meremehkannya."

Invasi Rusia di Ukraina yang telah berlangsung 2,5 bulan telah membuat ribuan orang tewas dan terluka, menghancurkan kota dan desa, dan memaksa 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.

Moskow menyebut aksinya itu sebagai "operasi khusus" untuk melucuti Ukraina dan melindungi negara itu dari kaum fasis. Ukraina dan Barat mengatakan hal itu hanyalah dalih Presiden Vladimir Putin untuk melakukan agresi tak berdasar.

Membela tindakan Moskow, Lavrov juga menyalahkan Washington atas minimnya dialog.

"Amerika Serikat praktis telah menutup semua kontak semata-mata karena kami berkewajiban membela orang-orang Rusia di Ukraina," kata Lavrov.

Namun, dikatakannya pasokan senjata canggih Barat, termasuk rudal anti tank Javelin, kendaraan lapis baja dan pesawat nirawak, merupakan tindakan provokatif yang sudah diperhitungkan untuk memperpanjang konflik ketimbang mengakhirinya.

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->