Klaim Luhut 110 Juta Pengguna Medsos Bahas Penundaan Pemilu, Nyatanya Lebih Banyak yang Bahas Minyak Goreng

fin.co.id - 13/03/2022, 09:23 WIB

Klaim Luhut 110 Juta Pengguna Medsos Bahas Penundaan Pemilu, Nyatanya Lebih Banyak yang Bahas Minyak Goreng

Luhut Binsar Pandjaitan.

JAKARTA, FIN.CO.ID - Pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan soal 110 juta pengguna media sosial (medsos) membahas wacana penundaan pemilu, memantik reaksi banyak pihak. 

Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti juga mematahkan klaim Luhut yang mengatakan, berdasarkan analisa big data terdapat sekitar 110 juta pengguna medsos membahas wacana penundaan Pemilu 2024. 

Tak hanya itu, ratusan juta pengguna media sosial itu juga diklaim oleh Luhut aktif membicarakan wacana perpanjangan masa jabatan presiden. 

(BACA JUGA: Jokowi Berkemah di Titik Nol IKN Nusantara, 33 Gubernur Hadir Bawa Air dan Tanah, Tapi Cuma Lima yang Ikut... )

Data Luhut soal 110 juta pengguna medsos tersebut ditampik LaNyalla. 

Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, klaim yang dilakukan Luhut amat berlebihan. 

Kata LaNyalla, pendapat Luhut tersebut tidak dapat dibenarkan. 

(BACA JUGA: ASN Makan Uang Rakyat, Mahfud: Sebelum Pensiun Anda Aman, Setelah Pensiun Anda Akan Dikejar Orang)

"Berdasarkan analisa big data yang kami miliki, percakapan tentang Pemilu 2024 di platform paling besar di Indonesia yaitu Instagram, YouTube dan TikTok tidak sampai 1 juta orang," papar LaNyalla saat diminta pendapatnya soal klaim tersebut, Sabtu, 12 Maret 2022. 

Dipaparkan LaNyalla, jumlah pasti akun yang terlibat dalam percakapan wacana penundaan pemilu tersebut sebanyak 693.289 percakapan. 

Jumlah itu terbagi atas 87 ribu percakapan di YouTube, 134 ribu percakapan di Instagram dan 454 ribu di TikTok.

"Media sosial paling ribut seperti Twitter, percakapan tentang pemilu hanya melibatkan 17 ribu akun unik," jelas LaNyalla. 

Justru dari analisa big data yang digunakan oleh DPD RI, LaNyalla menyebut percakapan pemilu tak sebesar percakapan ibu-ibu dan masyarakat umum soal kelangkaan minyak goreng, gula pasir dan komoditas kebutuhan rumah tangga lainnya.

“Justru dari big data terlihat jika masyarakat lebih menitikberatkan perhatian mereka pada kelangkaan dan antrean ibu-ibu saat membeli minyak goreng," kata LaNyalla.

"Dari big data tersebut percakapan tentang minyak goreng yang hilang dari pasaran mencapai 3.272.780 percakapan,” tegasnya. 

Admin
Penulis