Bahaya! Kenaikan Harga Minyak Dunia Berpotensi Timbulkan Ketidakpastian

fin.co.id - 03/03/2022, 09:57 WIB

Bahaya! Kenaikan Harga Minyak Dunia Berpotensi Timbulkan Ketidakpastian

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mendorong Pemerintah segera membayarkan utang kepada Pertamina dan PLN, yang merupakan kompensasi selisih harga keekonomian BBM dengan harga jual, serta subsidi harga listrik ke masyarakat

JAKARTA, FIN.CO.ID - Harga minyak dunia sepanjang 2021 kemarin terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan tahun 2020,  sepanjang 2021 kenaikan minyak dunia mencapai 69.5 persen. 

Begitu juga ketika memasuki awal tahun 2022 ini. Harga minyak dunia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Kenaikan ini disebabkan pertumbuhan ekonomi global pasca pandemik Covid19 kemarin, ditambah masih ketatnya penambahan produksi oleh kartel minyak OPEC+.  Hal ini bisa menimbulkan ketidakpastian ekonomi secara global. 

(BACA JUGA: Perang Rusia Ukraina Ternyata Bisa Berdampak Positif Bagi Dunia Maritim dan Pelaut Indonesia Lho)

Demikian disampaikan Mamit Setiawan, Direktur Executive Energy Watch dalam keterangan tertulisnya Kamis 3 Maret 2022.

Menurut Mamit, dengan mulai tumbuhnya perekonomian global, maka hal ini akan berpengaruh terhadap suplay dan demand minyak dunia.

Tercatat sepanjang 2020, konsumsi minyak dunia hanya 88.5 juta barrel per hari (Barrel Oil Per Day/BOPD),  sedangkan di tahun 2021 meningkat terjadi peningkatan yang signifikan ke 96.2 juta BOPD.

(BACA JUGA: Harga Minyak Melambung Gegara Konflik Rusia-Ukraina, Siap-Siap BBM Naik Harga)

Tahun 2022 ini, konsumsi minyak dunia diharapkan mencapai 99.53 juta BOPD, menyamai konsumsi di tahun 2019 sebelum pandemi terjadi.

"Tinggal bagaimana suplainya, di tengah OPEC+ yang masih menahan untuk memompa lebih banyak lagi minyak mereka. Apalagi, Rusia sebagai anggota OPEC+ saat ini sedang berkonflik. Hal ini bisa menimbulkan ketidakpastian pasokan dan pertumbuhan ekonomi secara global," urai Mamit.

Mamit menyampaikan, dengan kenaikan harga minyak dunia saat ini maka bisa dipastikan ongkos produksi produk energi seperti BBM dan LPG akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini akan diikuti dengan kenaikan produk-produk lain, karena BBM dan LPG sebagai sumber energi primer untuk produk lain.

(BACA JUGA: Pemerintah Naikkan Harga BBM dan Tol, Demokrat: Kami Tidak Pernah Sepakat Dengan Kebijakan...)

"Tidak bisa dipungkiri, kita harus mewaspadai efek domino dari kenaikan harga minyak dunia saat ini. Tidak melulu bicara BBM dan LPG, tetapi juga produk turunan yang dihasilkan, karena ada peningkatan ongkos produksi. Adanya kenaikan ini bisa menimbulkan inflasi kedepannya. Kita mesti mewaspadai ini," tegas Mamit.

Dia juga mengingatkan, bahwa Indonesia sebagai net importir untuk minyak mentah maupun produk serta LPG, dimana produksi saat ini hanya berkisar di angka 670 ribu BOPD. Sedangkan konsumsi saat ini mencapai 1,3 juta BOPD dan impor LPG sebanyak 65 persen dari konsumsi nasional akan meningkatkan defisit neraca perdagangan.

Semakin tinggi terjadinya defisit neraca perdagangan, bisa menyebabkan terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap dolar dan potensi kenaikan inflasi dibandingkan tahun 2021.

Dapatkan berita terkini langsung di ponselmu. Ikuti saluran FIN.CO.ID di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029Vajztq

Admin
Penulis
-->