Varian Omicron dan Data Inflasi AS Bikin Rupiah Melemah Hari Ini

fin.co.id - 06/12/2021, 16:36 WIB

Varian Omicron dan Data Inflasi AS Bikin Rupiah Melemah Hari Ini

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah hari ini, Senin (6/12/2021), karena tekanan kekhawatiran terhadap varian omicron COVID-19 dan ekspektasi data inflasi AS yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan tekanan pada suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).

Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.442 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 23 poin atau 0,16 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat sore kemarin (3/12/2021) di level Rp14.419 per dolar AS.

Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.441 per dolar AS atau melemah dari Rp14.408 per dolar AS pada akhir pekan lalu.

[caption id="" align="alignnone" width="1012"] Trend Pergerakan Rupiah terhadap Dolar AS (TradingView)[/caption]

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS menguat pada Senin karena ketidakpastian seputar varian omicron COVID-19 dan ekspektasi data inflasi AS yang lebih tinggi meningkatkan tekanan pada suku bunga.

"Omicron telah menemukan jalannya ke sekitar sepertiga negara bagian AS. Meskipun penelitian varian terus berlanjut, sebuah artikel oleh Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan mengatakan mayoritas pasien COVID-19 dirawat karena alasan lain dan bergantung pada oksigen," kata Ibrahim Senin sore.

BACA JUGA: Ekonomi Nasional Membaik Pengaruhi Kepuasan Kinerja Jokowi

Faktor kedua, laporan pekerjaan beragam hari Jumat juga memicu pelemahan rupiah. Non-farm payrolls berada di 210.000 pada bulan November, lebih rendah dari angka 550.000 dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan angka 546.000 bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen, terendah dalam 21 bulan.

"Data tersebut memperkuat pandangan tentang tapering The Fed yang lebih cepat. Angka indeks harga konsumen yang akan dirilis akhir pekan ini juga diharapkan mendukung pandangan tersebut dan memberikan dorongan pada dolar AS," ujar Ibrahim.

Pasar suku bunga berjangka telah memperkirakan kenaikan suku bunga AS sekitar pertengahan 2022, tetapi hanya mencapai setinggi sekitar 1,5 persen pada akhir 2026 dan investor tetap waspada terhadap perubahan itu dengan cepat. Namun, angka inflasi yoy di atas 7 persen, melebihi ekspektasi ekonom sebesar 6,7 persen, dapat mengubah banyak hal.

"Inflasi dengan angka 7 sebagai angka besar akan membuat dolar AS naik," jelas Ibrahim.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka  berfluktuatif namun ditutup melemah  di rentang  Rp14.430 - Rp14.480 per dolar AS. (git/fin).

 

Admin
Penulis