News . 31/10/2021, 06:15 WIB

Tubi Burek

Penulis : Admin
Editor : Admin

Begitu si gadis tamat SMP mereka pun menikah. Tubi kini tinggal berdua dengan sang ibu. Ia masih punya sepeda motor. Ia masih bisa naik sepeda motor. Termasuk bila harus ke rumah sakit untuk cuci darah.

Kami pun membicarakan kemungkinan transplantasi ginjal. Tubi memilih menerima takdir. Sambil seminggu dua kali cuci darah. Ia tidak rela kalau harus menerima salah satu ginjal sang ibu.  Sampai kapan Tubi akan cuci darah? "Ada orang yang sampai 23 tahun," ujar Tubi.

Orang yang dimaksud adalah sesama penderita gagal ginjal yang tergabung dalam satu grup WA. Kalau malam Tubi juga masih bisa ikut diba'an —ritual menyanyikan lagu-lagu pujian pada Nabi Muhammad— bersama para tetangga. Meski mengaku tidak bisa membaca quran, Tubi bisa diba'an atau tahlilan.

Teman-teman Tubi juga masih sering ke rumah ini. Terutama kalau Tubi ingin membuat video untuk YouTube.

Temannyalah yang merekamnya dengan HP Samsung miliknya. Tubi memang wakil ketua Komunitas Musik Jalanan (Komjal) Jawa Timur.

Istri saya minta Tubi menyanyikan lagu Rindu Tak Sampai itu. Tubi pun meraih gitar di sebelahnya. "Oh maaf, senar gitarnya putus.

Senar paling kecil," katanya sambil hendak meletakkan kembali gitar itu.Saya lihat memang senarnya kurang satu. "Tidak apa-apa. Seadanya," jawab istri saya.

Kami pun mendengarkan lagu itu. Ikut terharu. Cinta yang kandas. Ayah yang pergi ke atas pohon. Kakak yang terlempar ke makam. Istri yang ingin kembali. Kini ibu dan anak adalah pengabdian dan harapannya. Kalau lagi kangen pada si anak, Tubi meneleponnya. Kadang si anak sendiri yang menelepon Tubi. Untuk dijemput. Kangen. (Dahlan Iskan)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com