Banyak Hoaks di Medsos, Skeptis Bisa Jadi Sikap Terbaik

fin.co.id - 25/10/2021, 08:42 WIB

Banyak Hoaks di Medsos, Skeptis Bisa Jadi Sikap Terbaik

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

 

JAKARTA - Para pemuda, pelajar, serta seluruh masyarakat Indonesia, harus lebih bijaksana dalam berperilaku di media sosial. Hal ini seiring makin berkembangnya platform media sosial hingga banyaknya informasi yang belum diketahui kebenarannya.

Anggota Komisi VIII DPR RI Lisda Hendrajoni mengatakan, bahwa sikap terbaik dalam rangka berperilaku baik dan benar di media sosial adalah dengan bersikap skeptis.

“Sikap yang pertama adalah skeptis, tapi skeptis sehat. Artinya kita harus mencari tahu kebenarannya sebelum menyebarkan. Kedua, kita harus waspada dan cek latar belakang peneliti atau keahliannya dan berpikir, untuk menerima perubahan seputar pandemi Covid-19. Kita harus selalu awas terhadap klaim yang berlebihan,” kata Lisda lewat keterangan resminya, Senin (25/10).

Ia melanjutkan, yang perlu diterapkan dalam bermedia sosial juga harus cermat dan analisa. Apakah isi berita ini sama dengan judul beritanya. Apakah yang dibagikan sudah bermanfaat untuk orang lain.

"Tiga hal ini selain membentengi diri kita sendiri dari misinformasi Covid-19, tapi juga membuat penanganannya menjadi lebih baik,” sambungnya.

Sementara itu, Wasekjen DPP GP NasDem Ahmad Kaelani menambahkan, pentingnya untuk terus menyebarkan dan memahami literasi digital bagi seluruh penghuni ruang digital hari ini.

Apa yang dimaksud dengan kecakapan literasi digital adalah kemampuan untuk membaca, mengevaluasi, mengelola dan sebagainya, yang bersifat komunikasi dan informasi.

Ada kemampuan ‘digital culture’, kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

"Sering terjadi orang bermedia sosial tetapi tidak menerapkan nilai-nilai kebangsaan. Kemudian ‘digital ethics’, kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital,” jelas Ahmad Kaelani.

Ia melanjutkan, terakhir, adalah digital safety, yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisa, menimbang dan meningkatkan kesadaran digital dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi Digital di Masa Pandemi: Bijak Bersosmed Menanggapi Misinformasi COVID-19 lepas dari meningkat drastisnya misinformasi sepanjang masa pandemi dua tahun terakhir.

Merujuk pada data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), jumlah misinformasi atau informasi hoaks selama pandemi meningkat hingga lebih dari 2.000 kasus, dengan 34 persen misinformasi seputar Covid-19.

Hal tersebut juga berbanding lurus dengan meningkatnya pengguna media sosial di Indonesia, tercatat ada lebih dari 10 juta pengguna media sosial baru yang bertambah hanya selama pandemi.

Admin
Penulis