JAKARTA - Potensi ekonomi pengembangan industri halal di Indonesia diperkirakan mencapai USD3,8 miliar atau setara Rp55,66 triliun (kurs Rp14.122 per dolar AS) dalam beberapa tahun ke depan.
Ketua Umum Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar mengatakan, potensi ini berasal dari berbagai subsektor di industri halal, khususnya yang terbesar berupa industri makanan dan minuman halal sekitar USD2 miliar. Sisanya, berasal dari fesyen muslim, wisata halal, obat halal, dan lainnya.
"Ini perhitungan kita di 2019 kemarin, kalau kita naikkin ekspor, kembangkan industri halal, itu bisa mendapat USD3,8 miliar sumbangan untuk PDB," kata Sapta, di acara Halal Trade Forum 2021, dikutip Sabtu (23/10/2021).
Selain berpeluang menambah nilai ekonomi Indonesia, kata Sapta, industri halal juga berpotensi memberi lapangan kerja bagi masyarakat di dalam negeri.
"Proyeksinya, bila nilai ekonomi bertambah mencapai USD3,8 miliar, maka ada 127 ribu lapangan kerja baru yang bisa diisi masyarakat," ujarnya.
Meski demikian, Sapta menilai bahwa pengembangan industri halal di tanah air sejatinya tidak mudah. Sebab, ada beberapa tantangan di lapangan.
Pertama, pengembangan inovasi produk dan jasa halal yang ramah lingkungan dan mengadopsi teknologi terkini di berbagai sektor. Kedua, pemasaran produk halal Indonesia.
"Meliputi soal marketing online dan offline, co-branding dan co-marketing, exhibition dan expo, kolaborasi dengan mainstream retailer, dan pemanfaatan internasional trader," jelasnya.
Ketiga, terkait pembiayaan. Menurutnya, saat ini pembiayaan untuk industri halal tidak bisa dilakukan sendiri oleh pelaku usahanya, namun membutuhkan dukungan dari pemerintah.
"Selain itu juga butuh venture capital investment, investasi pembiayaan syariah, inkubator bisnis industri halal, sampai riset," imbuhnya.
Sementara yang terakhir, menyangkut kebijakan, regulasi, dan operasi. Misalnya, ekosistem terintegrasi, stimulan investasi, pajak, dan perizinan, pengaturan produk impor, pemanfaatan IT, pengembangan produk dan jasa, serta sertifikasi halal.
"Khususnya soal impor karena masih banyak bahan baku produk halal kita dari impor," pungkasnya. (der/fin)
