JAKARTA- Cendekiawan Nahdatul Ulama (NU), Nadirsyah Husen alias Gus Nadir ikut menanggapi tuduhan eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyebut TNI kini telah disusupi PKI atau paham komunis.
Gus Nadir mengatakan, yang jelas, TNI bukan disusupi paham PKI tetapi pemahaman Islam tentang haramnya membuat patung.
"Jadi, begini Pak Gatot. TNI itu bukan kemasukan PKI seperti yang Bapak klaim" ujar Gus Nadir di Twitter-nya Selasa (28/9/2021).
"Justru TNI (tepatnya ada purnawirawan TNI) yang kemasukan pemahaman Islam yang mengharamkan membuat patung," sambung Gus Nadir.
Gus Nadir mengatakan itu, setelah ada klarifikasi dari Pangkostrad Letjen Dudung Abdurrachman soal tuduhan Gatot Nurmantyo tersebut.
"Kita bisa berdebat soal hukumnya membuat patung. Tapi ini bukan PKI. Jelas kan?" kata Gus Nadir.
Gus Nadir dalam catatannya, dia juga menjelaskan tentang asal muasal diharamkan membuat patung.
Berawal dari ulama besar bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang menyerukan agar ummat Islam kembali kepada kemurnian Tauhid. Gerakan pemurnian Tauhid ini dimulai pada abad k-19.
Orang-orang yang mengikuti Muhammad bin Abdul Wahab ini menamakan diri kelompok Salafi. Sementara orang luar menyebut mereka wahabi.
Gerakan pemurnian Tauhid ini, termasuk mengharamkan lukisan dan membuat patung makhluk bernyawa. Tentu dengan dasar dalil dalil dari Hadis Nabi.
Kembali kepada patung tokoh negara di Museum Darma Bhakti Kostrad yang dipermasalahkan oleh eks Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Ada tiga patung hilang yakni patung Presiden Kedua RI Soeharto, patung Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution hilang. Gatot Nurmantyo menuding, raibnya patung itu karena TNI telah disusupi komunis atau PKI.
Tuduhan itu kemudian dibantah Letjen Dudung Abdurrachman selaku Pangkostrad. Dudung mengatakan bahwa, Letjen TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai orang yang memprakarsai patung itu, kini diambil kembali. Alasannya, AY Nasution takut akan dosa membuat patung.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," kata Letjen Dudung. (dal/fin).