JAKARTA - Hampir 1500 lumba-lumba mati di perairan Skalabotnur, di Kepulauan Faroe. Demikian seperti dilansir The Guardian (15/9).
/p>
Mamalia yang digiring ke perairan dangkal ini, dibiarkan menggeliat selama berjam-jam, sebelum akhirnya dihabisi.
/p>
Menurut organisasi konservasi laut internasional, Sea Shepherd, hal ini merupakan pembataian lumba-lumba terbesar dalam sejarah kepulauan itu.
/p>
Meski perburuan lumba-lumba merupakan bagian dari warisan budaya itu, namun pembantaian ini sekalipun tidak bisa diterima oleh sebagian mereka.
/p>
"Saya merasa malu jadii orang Kepulauan Faroe,"kata salah satu netizen dalam sebuah komentar di Facebook.
/p>
Daging lumba-lumba hasil buruan ini umumnya akan dibagikan kepada peserta dan keluarganya, jika berlebih akan dibagikan ke warga desa.
/p>
"Dugaan saya, kebanykan lumba-lumba ini akan dibuang. Harusnya ada kuota per distrik, dan tidak seharunya juga kita membunuh lumba-lumba,"kata salah satu warga saat diwawancara media Denmark, Ekstra Bladet.
/p>