JAKARTA - Manajemen PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) mengaku telah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,66 triliun untuk pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan III Tahap III-2018 Seri A dan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II-2021 Seri B. Kedua seri obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 28 September 2021.
/p>
Informasi itu berasal dari surat Waskita Karya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (14/9/2021).
/p>
Pada pernyataan kesiapannya untuk membayar obligasi yang akan jatuh tempo, Waskita Karya menyampaikan bahwa perseroan telah mengalokasikan dana sebesar Rp761 miliar untuk membayar pokok Obligasi Berkelanjutan III Tahap III-2018 Seri A dan sebesar Rp 900 miliar untuk pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan II Tahap II-2016 Seri B.
/p>
"Pembayaran pokok obligasi tersebut akan dibayarkan melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) paling lambat pada 27 September 2021 pukul 14.00 WIB," ujar Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya, Ratna Ningrum.
/p>
Sebagaimana diketahui, Obligasi Berkelanjutan III Tahap III-2018 Seri A yang dicatatkan di BEI pada 1 Oktober 2018 tersebut memiliki tingkat bunga sebesar 9 persen, sedangkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II-2016 Seri B memiliki tingkat bunga sebesar 8,5 persen.
/p>
Sebagai informasi, hingga saat ini, 41 persen dari proyek berjalan Waskita Karya merupakan proyek infrastruktur konektivitas seperti jalan tol, jalan dan jembatan. Ke depannya, Waskita Karya akan berfokus pada proyek eksternal seperti proyek dari pemerintah dan BUMN dengan skema progress payment, yang mana proyek dengan skema progress payment tersebut dapat mengurangi risiko likuiditas perseroan.
/p>
Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, sepanjang semester I-2021 Waskita Karya berhasil membalikkan kinerja. Waskita Karya mencetak laba periode berjalan sebesar Rp33,43 miliar, dibandingkan rugi Rp1,32 triliun yang diderita Waskita Karya pada Semester I-2020.
/p>
Waskita Karya pun meraih laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 41,02 miliar pada enam bulan pertama 2021. Kinerja yang lebih baik dibandingkan kerugian yang dialami pada semester I-2020, senilai Rp1,09 triliun. (git/fin)
/p>