JAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan, pemerintah harus waspadai terjadi revenge tourism (wisata balas dendam) setelah COVID-19 di mulai melandai di tanah air. Apalagi saat ini beberapa sektor mulai dilonggarkan. Mardani bilang, turunnya kasus COVID-19, bukan berarti pemerintah mulai santai.
/p>
"Jangan ada euforia yang berlebihan. Sudah cukup kesalahan strategi penanganan sebelumnya, tercatat kita telah kecolongan dua kali dan berimbas pada masuknya varian Alfa serta Delta. Sekarang ada varian Mu, jangan sampai kembali memorak-porandakan kita," ujar Mardani, Selasa (14/9/202).
/p>
Dia mengatakan, saat ini mulai ada ancaman COVID-19 di ruang publik yang nyata. Ancaman tersebut berdasarkan temuan banyaknya warga yang terkena COVID-19 serta kontak erat yang melakukan aktivitas di area publik (dari aplikasi PeduliLindungi).
/p>
"Bahkan Kemenkes RI menyebut, ada 3.830 terkonfirmasi positif yang terdeteksi masih berkeliaran di tempat umum," kata Mardani Ali Sera.
/p>
Anggota DPR RI ini mengatakan, pemerintah mesti melengkapi perangkat hukum untuk menindak pelanggar protokol kesehatan yang terlacak melalui aplikasi PeduliLindungi.
/p>
"Pasien COVID-19 yang terbukti “kelayapan” harus diberi sanksi, bisa denda atau kerja sosial yang berkaitan dengan pandemi," tuturnya.
/p>
Dia mengatakan, pemerintah garus gencarkan terus kesadaran 'tracing ternyata penting'. Ada momentum penurunan kasus, maksimalkan dengan baik.
/p>
Lalu seberapa tuntas program vaksinasi dari target yang ada? Data akhir Agustus lalu, baru sekitar 20% masyarakat yang sudah divaksin 2x. Artinya ada 80% ygan belum divaksin secara lengkap.
/p>
"Angka vaksinasi 2x harus diliat karena vaksin yang kita gunakan sekarang untuk 2x pemberian, agar dapat memberikan proteksi yang diharapkan. Dan jangan lupakan transparansi pentingnya booster vaksin (vaksin ke-3) vs vaksin pejabat," katanya.
/p>
"Lalu iringi penguatan kesiapan masyarakat sampai sistem pelayanan kesehatan. Rencana kontingensi juga perlu disiapkan untuk meminimalisir lonjakan kasus. Jangan lalai, virus SARS CoV-2 penyebab Covid19 masih berpotensi untuk bermutasi dengan risiko penularan yang tidak bisa diprediksi," pungkasnya. (dal/fin)
/p>