Data Ekonomi Dongkrak IHSG, Sayang Rupiah Malah Loyo

fin.co.id - 05/08/2021, 17:29 WIB

Data Ekonomi Dongkrak IHSG, Sayang Rupiah Malah Loyo

JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ni, Kamis (5/8) bergerak positif dan ditutup berada di zona hijau. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, justru harus mengalami koreksi di akhir perdagangan.

/p>

  IHSG berakhir menguat setelah konsisten di zona hijau. Penguatan IHSG tersebut dipicu sentimen positif optimisme investor akan pemulihan ekonomi Indonesia.

/p>

Data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II yang tumbuh sebesar +7,07 persen (YoY)/3,31 persen (QoQ), lebih baik dibandingkan dengan konsensus sebesar +6,72 persen/2,69 persen (QoQ).

/p>

IHSG ditutup menguat +46 poin (+0,75 persen) pada level 6.205. Sektor keuangan dan sektor transportasi & logistik yang masing-masing mengalami kenaikan +37 poin (+2,67 persen) dan +5 poin (+0,48 persen) menjadi kontributor terbesar bagi penguatan indeks harga saham gabungan hari ini.

/p>

Investor asing tercatat membukukan pembelian bersih (foreign net buy) sebesar 460,8 miliar di pasar reguler. 

/p>

Sementara itu, nilai tukar rupiah atas dolar AS ditutup melemah di akhir perdagangan. Mengutip Bloomberg, Rupiah berada di posisi Rp 14.342 per dolar AS atau melemah 0,21 persen.

/p>

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, membaiknya data ekonomi Indonesia di triwulan II-2021 tidak serta merta bisa menopang terhadap penguatan mata uang garuda.

/p>

“Hal ini disebabkan karena data eksternal yang begitu kuat dan menahan laju penguatan mata uang rupiah sebelumnya. Terutama komentar Wakil Ketua Fed Richard Clarida dan membaiknya data ekonomi AS,” ujar Ibrahim dalam riset hariannya, Kamis (5/7). 

/p>

Sementara sentimen dari luar negeri, laju mata uang rupiah dipengaruhi oleh komentar hawkish dari Federal Reserve AS (The Fed) atau Bank Sentral AS. Wakil Ketua The Fed Richard Clarida yang mengatakan kondisi untuk kenaikan suku bunga AS dapat dipenuhi pada akhir 2022.

/p>

“Dia dan tiga anggota The Fed lainnya juga mengisyaratkan langkah untuk mengurangi pembelian obligasi akhir tahun ini atau awal tahun depan tergantung pada bagaimana nasib pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan,” katanya.

/p>

Meski demikian, pelemahan rupiah yang tak begitu dalam terbantu oleh rilis data ekonomi Indonesia yang membaik. Menurut data BPS, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh +7,07 persen pada Kuartal II 2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

/p>

“Ini adalah pertumbuhan positif pertama setelah empat kuartal sebelumnya selalu mencatat kontraksi (pertumbuhan negatif),” ujarnya.

/p>

Menurutnya, salah satu penopang PDB di Kuartal II adalah perekonomian global yang mengalami peningkatan. Ini terlihat dari pergerakan Purchasing Manufacturing Index (PMI) pada bulan Maret 54,8 persen serta terus meningkat 56,6 persen pada Juni 2021.

/p>

Di samping itu, belanja pemerintah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Kuartal II 2021. Khususnya komponen belanja pegawai yang terdiri dari pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13. Pencairan THR bagi PNS dilakukan pada Mei 2021 jelang hari raya Idul Fitri. Anggaran yang dicairkan mencapai Rp 30,6 triliun, untuk PNS hingga pensiunan.

/p>

Selain belanja pegawai, ada belanja barang dan jasa juga memberikan kontribusi besar dalam perekonomian. Di antaranya pelaksanaan vaksinasi, pengadaan alat uji medis, penyemprotan disinfektan dan program lainnya.

Admin
Penulis