JAKARTA - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat,Harga Batu bara Acuan (HBA) pada Agustus 2021 menguat 13,55 persen ke USD130,99 per ton. Posisi tersebut merupakan yang tertinggi untuk lebih dari 1 dekade terakhir.
/p>
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menerangkan penguatan HBA dipengaruhi oleh kenaikan permintaan batu bara dari China, Jepang, dan Korea Selatan.
/p>
"Melambungnya harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di Cina yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut," kata Agung dalam keterangan resmi, Rabu (4/8/2021).
/p>
"Padahal, kebutuhan batu bara di China tengah meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik," sambungnya.
/p>
Sebelumnya, pada Februari 2021, rekor HBA tertinggi dicatatkan sebesar USD127,05 per ton. Kemudian, harga melandai hingga April. Setelah itu, HBA mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka USD115,35 per ton pada Juli 2021.
/p>
"HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen," jelasnya.
/p>
Agung mengatakan, Kementerian ESDM menetapkan harga acuan ini untuk dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).
/p>
Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
/p>
"Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro," pungkasnya. (der/fin)
/p>