JAKARTA - Melalui sepucuk surat, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto memperkenalkan PT Teknologi Militer Indonesia (PT TMI). Surat berkop Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI bernomor B/2099/M/XI/2020 tertanggal 16 November 2020 tersebut, ditujukan kepada CEO JSC Rosoboronexport, Alexander A Mikheev. Surat itu diteken oleh Prabowo Subianto. Lengkap dengan stempel Kemenhan.
Siapa itu Alexander A Mikheev? Melalui situs Rosoboronexport yang dilihat FIN pada Selasa (1/6), Mikheev lahir pada 18 November 1961 di Moskow, Rusia. Dia tercatat lulus di bidang teknik penerbangan Institut Teknik Penerbangan Sipil Moskow pada 1985.
BACA JUGA: Kelola Rp 1.760 Triliun, PT TMI Berpotensi Lakukan Penyimpangan
Mikheev juga memperoleh gelar master dari Akademi Militer Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia pada 2005. Setahun kemudian, Mikheev juga lulus Akademi Keuangan Pemerintah Rusia. Dia mengantongi gelar di bidang keuangan dan kredit.Pada Januari 2017, Mikheev diangkat menjadi CEO JSC Rosoboronexport sampai sekarang. JSC Rosboronexport adalah bagian dari Rostec State Corporation (perusahaan milik negara, Red). Rosoboronexport adalah satu-satunya lembaga perantara alias broker alias makelar, resmi negara Rusia. Perusahaan ini bertanggung jawab atas impor/ekspor berbagai produk. Mulai dari teknologi hingga layanan pertahanan militer.
BACA JUGA: Audit PT TMI Terkait Anggaran Alutsista Rp 1.760 Triliun
Lebih dari 80 persen ekspor senjata Rusia berasal dari lobi JSC Rosboronexport. Perusahaan ini bekerja sama dengan 700 perusahaan dan organisasi kompleks industri pertahanan Rusia. Selain itu, Rosboronexport bertugas membina hubungan kerjasama militer dan teknis antara Rusia dengan lebih dari 70 negara.
[caption id="attachment_532981" align="alignnone" width="696"]
FOTO: Tangkapan layar dari halaan web Rosoboronexport[/caption]
Saat ini portofolio pesanan Rosoboronexport sekitar USD 38 miliar. Rosboronexport secara aktif terlibat dalam kebijakan nasional Federasi Rusia. Terutama di bidang kerjasama teknis militer dengan sejumlah negara.
BACA JUGA: Audit PT TMI Terkait Anggaran Alutsista Rp 1.760 Triliun
Rosboronexport juga mengantongi status resmi pengekspor khusus eksklusif dari pemerintah Rusia. Hal inilah yang memberi peluang untuk memperbesar kerjasama jangka panjang dengan mitra internasional. Targetnya adalah memperkuat Rusia di pasar senjata global.Dalam menjalakan operasinya, Rosoboronexport diawasi oleh Presiden Federasi Rusia, Pemerintah Federasi Rusia, Layanan Federal untuk Kerjasama Teknik-Militer dan Perusahaan Negara Rostec.
Rosboronexport juga wajib mematuhi aturan hukum internasional dan ketentuan Piagam PBB. Rosboronexport hanya memasok produk militer kepada lembaga resmi pertahanan nasional dan penegak hukum negara.
Indonesia sudah cukup lama berpartner dengan Rusia. Kerjasama militer dan teknis antara Uni Soviet dan Indonesia telah dilakukan sejak 1958 silam. Intensifikasi hubungan teknis militer antara Moskow dan Jakarta terjadi pada akhir 1990-an hingga awal 2000.
Sejak saat itu, Indonesia telah menerima berbagai produk alutsista dari Rusia. Mulai pengangkut personel lapis baja BTR-80A, kendaraan tempur infanteri BMP-3F, senapan serbu Kalashnikov seri 100, pesawat tipe SU dan helikopter tipe Mi. Ada pula jenis senjata dan peralatan militer lainnya.
Kerjasama dengan JSC Rosoboronexport terjadi pada 2019. Rosoboronexport dan Kemenhan RI menandatangani kontrak pengadaan kendaraan tempur infanteri BMP-3F dan pengangkut personel lapis baja amfibi (APC) BT-3F. Alutsista ini diproduksi oleh JSC Kurganmashzavod.(rh/fin)