JAKARTA – Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Senin (3/5), ditutup melemah. Kurs referensi Jisdor menempatkan rupiah di level Rp14.467 per dolar AS, menurun 14 poin atau 0,10 persen dari penutupan perdagangan Jumat (30/4) pekan lalu yang berada di level Rp14.453 per dolar AS.
Sementara itu, mengutip data bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.450 per dolar AS, dari penutupan Jumat pekan lalu yang berada di level Rp14. 445 per dolar AS.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah antara lain para investor yang harap-harap cemas, karena di awal minggu ini mereka dijejali dengan isu pertemuan bank sentral dan data ekonomi AS, serta prospek inflasi global dan tanggapan pembuat kebijakan.
"Ada sedikit drama global yang bisa dicerna pasar selama akhir pekan. Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada televisi AS bahwa tidak ada dampak inflasi dari rencana pengeluaran pemerintah, karena pengeluaran baru untuk keluarga dan infrastruktur akan tersebar selama bertahun-tahun," ujar Ibrahim dalam paparan hasil risetnya, Senin (3/5).
Sementara itu belanja konsumen AS mengalami rebound pada Maret, karena rumah tangga menerima tambahan uang bantuan Covid-19 dari pemerintah. Investor kini tengah menunggu lebih banyak data ekonomi AS, termasuk Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Institute of Supply Management (ISM) dan penggajian non-pertanian April, selama seminggu.
Disisi lain, Presiden Dallas Federal Reserve Bank, Robert Kaplan pada hari Jumat menyarankan untuk mengurangi dukungan bank sentral untuk ekonomi atas kekhawatiran ketidakseimbangan di pasar keuangan, dibandingkan dengan sikap dovish Fed saat ini.
Powell akan berpidato dan akan diikuti oleh sejumlah pejabat Fed minggu ini. Pertemuan kebijakan bank sentral juga dijadwalkan minggu ini di Australia, Inggris dan Norwegia.
Di Australia, tidak ada perubahan kebijakan yang diharapkan pada hari Selasa meskipun pedagang akan melihat pidato oleh wakil gubernur Reserve Bank of Australia Guy Debelle pada hari Kamis untuk wawasan tentang pemikiran bank seputar prospek pembelian obligasi.
Pembelian aset juga menjadi fokus ketika Bank of England bertemu pada hari Kamis, serta mungkin peningkatan prospek ekonominya, sementara Norges Bank - yang memproyeksikan tingkat kenaikan tahun ini - diperkirakan akan tetap dengan nada hawkishnya.
Sementara itu dari sisi internal dalam negeri, Ibrahim mengungkapkan ada secercah harapan bahwa ekonomi di kuartal kedua akan membaik dan Indonesia akan keluar dari Resesi dengan PDB kemungkinan akan pantastis diatas 7 persen.
Hal ini di dukung dengan lonjakan masyarakat yang memenuhi berbagai pasar, Mall maupun yang tempat lainnya untuk berbelanja memenuhi kebutuhan untuk hari raya Idul Fitri sehingga perputaran uang di kota besar terutama DKI Jakarta terus melonjak dan ini sesuai dengan target Pemerintah.
"Konsumsi masyarakat akan didorong oleh aktivitas lebaran yang berpotensi lebih baik dibanding tahun lalu," tuturnya.
Menurut Ibrahim, peningkatan aktivitas ini tak lepas dari terkendalinya jumlah kasus dan telah berjalannya vaksinasi. Ini semua berkat kebijakan Pemerintah yang melarang warganya eksodus ke daerah sebelum lebaran akibat Covid-19 yang sampai saat ini sedang mengganas terutama di India, Jepang dan di Asia sudah terjangkit wabah virus dari India yaitu Singapura, Malaysia dan Cambodia.
Selain itu penjualan kendaraan bermotor yang meningkat tajam pada maret 2021. Kenaikan penjualan terdsebut dipengaruhi oleh insentif pembenasan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang diberikan pemerintah pada awal maret lalu.