JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis bahwa kuartal II tahun ini akan menjadi titik balik perekonomian Indonesia. Meski belum pulih, namun dorongan pertumbuhan di triwulan kedua 2021 akan membuat pertumbuhan ekonomi kembali positif.
"Ada harapan besar ekonomi akan kembali tumbuh positif," ujar Bendahara Negara itu dalam konferensi pers virtual APBN KITA, Kamis (22/4).
Sri Mulyani mengatakan, jika melihat beberapa indikator perekonomian, salah satunya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di 93,4 atau sudah hampir 100, yang mana hal itu merupakan batas optimistis.
"Konsumen memiliki keyakinan yang membaik. Aktivitas konsumsi pada Maret lalu meningkat terutama di makanan-minuman, informasi, transportasi, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan rekreasi," tuturnya.
Konsumsi rumah tangga berperan besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dengan kontribusi lebih dari 50 persen. Sehingga ketika konsumsi meningkat, maka secara keseluruhan ekonomi akan terdongkrak naik.
"Peningkatan konsumsi pada kuartal II disumbangkan confidence yang mulai pulih, aktivitas yang mulai pulih. Meski ada pelarangan mudik, tetapi konsumsi di bulan sekitar lebaran akan meningkat," lanjutnya.
Pendapatan Belum Pulih
Meski perekonomian sudah mulai membaik, namun dipastikan penerimaan pajak Indonesia masih mengalami pertumbuhan negatif.
Sri Mulyani mengatakan, penerimaan pajak dalam negeri pada kuartal I-2021 terkontraksi (tumbuh negatif) 5,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pos yang mengalami kontraksi paling dalam adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan, mencapai lebih dari 40 persen. Lebih dalam ketimbang kontraksi kuartal I-2020 yang hanya 13,5 persen.
"Banyak korporasi di Indonesia belum sepenuhnya sehat, sehingga pembayaran pajak menurun. Kontraksi dalam di atas 40 persen. Korporasi belum sepenuhnya sehat," ungkapnya.
Sementara itu PPh 21 yang dibayarkan oleh karyawan, lanjut Sri Mulyani, juga masih tumbuh negatif 5,38 persen. Hal ini menggambarkan serapan tenaga kerja belum pulih dan masih mengalami kontraksi.
"Tapi ini bukan berarti tidak ada harapan. Penerimaan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dalam negeri sudah tumbuh positif 4,11 persen. Walau belum sebanding dengan pertumbuhan kuartal I-2020 yang mencapai 10,27 persen. Ini sudah positive growth," pungkasnya. (git/fin)