JAKARTA - Nama Ustadz Yahya Waloni ikut dibawa-bawa setelah pendeta Joseph Paul Zang dipolisikan atas kasus penistaan agama Islam. Beberapa pihak juga mendesak agar Ustadz Yahya Waloni juga diproses hukum karena dianggap kerap melakukan penistaan agama Kristen.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin merespon itu. Dia mengungkapkan alasan kenapa dirinya atau pihak pemerintah tidak melakukan langkah hukum kepada Yahaya Waloni
"Yahya Waloni itu menyebutkan jelas-jelas nama Ali Mochtar Ngabalin, Tuan Guru Bajang, Kyai Ma'ruf Amin, dan Megawati Soekarnoputri dalam pidato-pidatonya," kata Ali Ngabalin dikutip kanal YouTube tvOne News, Rabu (21/4).
Ngabalin mengatakan, jika dirinya yang mempolisikan Waloni, maka nanti akan muncul narasi pemerintah melakukan kriminalisasi ulama. Sebab Ngabalin sendiri merupakan bagian dari pemerintah.
"Kalau saya datang langsung ke Bareskrim kemudian saya lapor, pasti dibilang, 'oh ini dibilang orang pemerintah, ini penistaan terhadap ulama, kriminalisasi'," ujar Ali Ngabalin.
Oleh karena itu, Ngabalin mengetakan, dirinya lebih lebih hati-hati untuk mempolisikan orang. "Di situlah saya bilang pakai otak dan hatimu," ucap Ali Ngabalin.
Ngabalin lantas menyindir Waloni yang menurutnya masih baru dalam belajar Islam.
"Dia baru membaca satu lembar sudah seperti ulama besar. Kemudian, tidak ada satu mimbar pun yang dia tidak pakai dengan menghujat dan caci maki," ucap Ali Ngabalin.
Sebelumnya, pada 2020 lalu, Waloni pernah menyebut Ngabalin munafik.
Penceramah kelahiran Manado ini bahkan mengundang Ngabalin untuk berkelahi hingga salah satu di antara keduanya mati.
“Sudahlah Kibulin, kau kalau tidak senang dengan Yahyah Waloni tinggal tentukan di mana kita ketemu, kita baku pukul sampai mati. Artinya berkelahi secara fisik. Kita figth,” ucapnya di chanel YouTube zhinyal Islam. (dal/fin).