JAKARTA- Ustad Hilmi Firdaus menanyakan tuduhan pemerintah ke aparatur sipil negara (ASN) yang disebut-sebut banyak terpapar radikalisme.
Ustad Hilmi berharap, semoga yang dimaksud radikal bukan ditujukan kepada mereka yang istiqomah jalankan syariat Islam.
"Banyak ASN radikal ? Semoga yang dimaksud bukanlah ASN yang rajin ke masjid, pakai celana cingkrang, berjanggut dan ada bekas tanda sujud di dahinya," ujar Ustad Helmi di Twitter-nya, Selasa (20/4).
Dia meminta pemerintah agar lebih tegas mendefisinikan arti radikalisme yang selama ini kerap didengungkan.
"Mohon diperjelas apa definisi radikal yang dimaksud menurut pemerintah," ucap Hilmi.
Setidaknya, pendapat Hilmi senada dengan Anggota DPR Fadli Zon. Politikus Partai Gerindra ini menilai, harus ada evaluasi tentang arti radikalisme. Sebab tuduhan radikalisme selalu dituduhkan kepada yang beragama Islam.
"Harus dievaluasi, jangan-jangan yang nilai radikalisme tak mengerti radikalisme itu apa," kata Fadli Zon dikutip akun Twitter-nya, Senin (19/4).
Fadli menilai, saat ini pembicaraan tentang radikalisme menjadikan Islam sebagai sasaran fitnah dan fobia. Sehingga tak heran, hal itu juga membuat demokrasi Indonesia menurun.
"Wacana radikalisme bisa membuat prasangka dan fitnah tak henti, dijadikan alat bungkam kritik atau refleksi fobia Islam. Ini yang bikin demokrasi RI jeblok ke rangking 102," ungkap Fadli.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi (MenPANRB) Tjahjo Kumolo menilai saat ini ASN banyak terpapar radikalisme sehingga pemerintah banyak kehilangan orang-orang pintar.
"Kami banyak kehilangan orang-orang pintar yang seharusnya bisa duduk di eselon 1, yang dia seharusnya bisa duduk di eselon 2, yang seharusnya dia bisa Jadi Kepala Badan atau lembaga, tapi dalam TPA (Tes Potensi Akademik), dia terpapar dalam masalah radikalisme terorisme, ini tanpa ampun," kata Tjahjo di Jakarta Ahad (18/4).
"Kami sudah ada datanya semua lewat medsosnya yang dia pegang, kedua lewat PPATK dan sebagainya, saya kira ini kita harus cermati secara bersama-sama," sambungnya. (dal/fin).