JAKARTA – Bea Cukai menyadari perkembangan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh teknologi dan informasi. Terlebih lagi, dalam rangka mendukung peningkatan daya saing industri Indonesia di era Industri 4.0, Bea Cukai, sebagai instansi yang berperan sebagai enabler dalam pembangunan perekonomian, dituntut untuk selalu dapat catch-up dengan transformasi digital dan internet of things (IoT).
Hal ini diungkapkan Kepala Seksi Humas Bea Cukai, Sudiro, pada Jumat (09/04), yang juga mengatakan pihaknya telah memiliki enam puluh aplikasi, yang berupa aplikasi utama dan aplikasi pendukung dengan transaksi data jutaan per bulan. Aplikasi tersebut merupakan salah satu bentuk inovasi dan terobosan Bea Cukai dalam mengantisipasi perubahan proses bisnis terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Termasuk, menyiapkan lompatan teknologi yang akan diadopsi dalam peningkatan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan kepabean dan cukai di era baru ini.
Menurut Sudiro, seluruh kantor pelayanan Bea Cukai pun, seakan berlomba mempersiapkan diri menghadapi industri 4.0, “Kantor-kantor pelayanan Bea Cukai telah dan akan terus mengembangkan aplikasi mandiri untuk menunjang kinerja pelayanan dan pengawasan Bea Cukai, yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap kantor.”
Ia menyebutkan pada kuartal pertama tahun 2021, Bea Cukai Marunda secara mandiri berinovasi mengembangkan sebuah aplikasi pelayanan dengan nama SIPOHON (Sistem Informasi Permohonan) Bea Cukai Marunda. Hal ini sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik dan tindak lanjut atas pelaksanaan field evaluation dalam rangka wilayah bebas korupsi (WBK) oleh Kemenpan RB, serta jawaban atas masukan pengguna jasa yang masuk pada kotak evaluasi pengguna layanan.
“Setelah internalisasi aplikasi dilaksanakan pada tanggal 6 April 2021 lalu, selanjutnya direncanakan bulan ini juga akan dilakukan uji coba sebelum peluncuran final. Untuk itu kami butuh masukan dari seluruh pihak dalam penyempurnaan aplikasi SIPOHON ini,” ungkap Sudiro. Tahap uji coba akan dilaksanakan pada pengguna jasa tempat penimbunan berikat yang berada di wilayah Bea Cukai Marunda. Hal ini mengingat frekuensi pelayanan pada pengguna jasa Tempat Penimbunan Berikat yang tinggi.
Selain Bea Cukai Marunda, Bea Cukai Jambi juga telah meluncurkan Aplikasi Izin Online Bea Cukai Jambi (ION-BEKABI) sebagai aplikasi pembaharuan dari Sistem Perizinan Dalam Jaringan (SIPINANG). Aplikasi yang resmi beroperasi mulai tanggal 6 April 2021 tersebut bertujuan untuk mempermudah perizinan kegiatan ekspor dan impor.
“ION-BEKABI merupakan aplikasi yang memudahkan para pengguna jasa Bea Cukai Jambi untuk mengajukan permohonan izin muat, izin bongkar, dan izin timbun. Bea Cukai Jambi terus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengguna jasa, baik dalam hal percepatan informasi maupun sistem yang dapat mempermudah kegiatan ekspor maupun impor yang berjalan,” jelas Sudiro.
Dua aplikasi lainnya juga sedang gencar disosialisasikan penggunaannya oleh Bea Cukai Batam, yaitu Aplikasi BIOLA (Bea Cukai Batam Information Online Apps), yang menjadi sarana penyampaian informasi bagi pengguna jasa, dan Aplikasi B-SIMS, Autogate, TPS Online.
Aplikasi BIOLA memuat berbagai informasi seputar kepabeanan dan cukai dan Bea Cukai Batam, meliputi peraturan, prosedur, database, capaian Bea Cukai Batam, dan lainnya. Selain itu, aplikasi ini juga memiliki fitur saluran pengaduan yang dikelola oleh Bidang Kepatuhan Internal Bea Cukai Batam. Dengan diluncurkannya Aplikasi BIOLA, Sudiro mengatakan Bea Cukai Batam sudah memiliki suatu tools atau sarana untuk petugas menyampaikan informasi kepabeanan dan cukai juga sarana bagi pengguna jasa untuk menyampaikan informasi kepada Bea Cukai Batam. Diharapkan aplikasi tersebut bisa menjadi suatu jawaban ataupun memenuhi harapan dari semua stakeholder Bea Cukai Batam.
“Organisasi yang baik adalah organisasi yang dinamis, yang selalu berkembang, terbuka terhadap setiap saran dan masukan dari para pengguna jasa. Bea Cukai Batam berusaha mewujudkan hal tersebut dengan membuka saluran pengaduan jika pengguna jasa menemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Diharapkan dengan Aplikasi ‘BIOLA’ para pengguna jasa dapat turut menciptakan kegiatan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai yang bebas dari tindak korupsi,” harapnya.
Sedangkan untuk Aplikasi B-SIMS, Autogate, TPS Online, Sudiro mengatakan bahwa aplikasi tersebut merupakan milik Badan Usaha Pelabuhan Badan Pengusahaan (BUP BP) Batam yang didukung penuh oleh Bea Cukai Batam. Dalam acara sosialisasi pelatihan rencana penerapan aplikasi BP Batam Seaport Information Management System (B-SIMS), Sistem Autogate dan TPS Online untuk Pelayanan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Batu Ampar yang dilaksanakan di Gedung Pusat Teknologi BP Batam pada tangga 3 Maret 2021, Sudiro mengatakan Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Susila Brata menyampaikan bahwa aplikasi tersebut merupakan salah satu wujud pengembangan dan penerapan Batam Logistik Ecosystem (BLE) yang merupakan bagian dari National Logistik Ecosystem (NLE) yang perlu mendapat dukungan dari semua entitas baik stakeholder maupun pemangku kepentingan.
B-SIMS, Autogate dan TPS Online merupakan aplikasi yang bertujuan untuk mempercepat flow in dan flow out arus barang di pelabuhan. Dengan berjalannya digitalisasi ini maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh stakeholder sehingga memberikan stimulus perekonomian, khususnya di bidang logistik.
“Dengan adanya revolusi industri 4.0, harus ada pembenahan yang revolusioner di Batam. Salah satunya adanya digitalisasi proses logistik yang manfaatnya harus dirasakan oleh stakeholder. Digitalisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan setiap entitas baik stakeholder maupun pemangku kepentingan, karena keterlibatan setiap entitas merupakan kunci untuk menyukseskan progam ini. Dengan adanya dukungan tersebut diharapkan dimasa yang akan datang logistik di Batam akan lebih efisien, mudah, murah,cepat dan transparan,” ujar Sudiro. (nrm/rls/fin)