News . 06/04/2021, 15:07 WIB
JAKARTA - Anggapan yang menyebut aksi terorisme di Makassar dan Mabes Polri adalah sebuah rekayasa adalah ngawur. Tuduhan tersebut dianggap keterlaluan dan tidak berdasar.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan mengecam orang yang menganggap dua aksi terorisme, yakni bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri merupakan hasil rekayasa. Dia menyebut tuduhan tersebut sangat keterlaluan.
"Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa," tegasnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/4).
Dia pun meminta masyarakat tidak menyampaikan informasi menyesatkan tersebut. Sebab dapat membingungkan masyarakat.
"Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa," katanya.
Dia mengajak agar seluruh komponen masyarakat menyamakan pandangan bahwa terorisme adalah musuh negara dan masyarakat.
"Jangan kita biarkan teror terus bermunculan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Kami ajak semua masyarakat melawan teror demi keamanan negeri kita," tegasnya.
Dia menilai Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan seluruh jajaran Polri telah bekerja keras melakukan penegakan hukum dalam aksi teror. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya terorisme.
"Mari kita dukung dedikasi dan loyalitas Polri yang siang malam bekerja demi melindungi masyarakat dari berbagai ancaman teror," katanya.(gw/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com