Harga Minyak Terkoreksi Parah, 'Lockdown' dan Perlambatan Vaksin Eropa Penyebabnya

fin.co.id - 24/03/2021, 07:00 WIB

Harga Minyak Terkoreksi Parah, 'Lockdown' dan Perlambatan Vaksin Eropa Penyebabnya

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

JAKARTA - Harga minyak dunia melemah sekitar 6 persen pada penutupan, Selasa, sebagai imbas dari penguncian wilayah (Lockdown), serta terlambatnya pelaksanaan vaksin di beberapa negara kawasan Eropa. Hal ini kemudian memicu kekhawatiran pemulihan ekonomi global yang berjalan melambat.

Dikutip dari laporan Reuters, Selasa (23/3) atau Rabu (24/3) pagi WIB, harga minyak mentah berjangka Brent patokan internasional, merosot USD3,83 atau 5,9 persen, menjadi USD60,79 per barel, setelah mencapai sesi terendah USD60,50 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) patokan Amerika Serikat, anjlok USD3,80 atau 6,2 persen, menjadi USD57,76 per barel, setelah menyentuh level terendah USD57,32 per barel.

Kedua tolok ukur itu diperdagangkan mendekati posisi terendah yang tidak terlihat sejak 9 Februari.

"Jalan menuju pemulihan permintaan minyak tampaknya penuh rintangan karena dunia terus memerangi pandemi Covid-19," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy.

"Harga minyak turun lagi pada sesi Selasa, membuktikan bahwa koreksi minggu lalu tidak cukup dalam dan pasar diperdagangkan akhir-akhir ini dengan sentimen bullish yang berlebihan, mengabaikan risiko pandemi." imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, penguncian atau lockdown diperpanjang di beberapa wilayah Eropa. Hal itu didorong oleh ancaman penyebaran gelombang ketiga dengan varian baru virus corona di benua biru.

Jerman, konsumen minyak terbesar Eropa, memperpanjang penguncian hingga 18 April. Sementara itu hampir sepertiga wilayah Prancis memasuki penguncian selama sebulan, Sabtu, menyusul lonjakan kasus di Paris dan sebagian Prancis utara.

Persediaan minyak mentah Amerika diperkirakan turun sedikit minggu lalu, sementara stok bensin terlihat meningkat, menurut analis dalam jajak pendapat Reuters. Data industri mingguan dari American Petroleum Institute akan dirilis Selasa petang waktu Amerika, diikuti data pemerintah pada Rabu pagi.

Dolar AS yang lebih kuat juga membebani harga, karena biasanya membuat minyak yang dibanderol dalam greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara itu pasar minyak fisik menunjukkan bahwa permintaan lebih rendah daripada pasar berjangka. (git/fin)

Admin
Penulis